• Home
  • About
  • Contact
  • Sitemap
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Advertise
Tujuan I -  Pendidikan Online

Ahok Djarot Pilkada DKI

  • AHOK DJAROT PILKADA DKI
  • Home
  • DUNIA KESEHATAN
  • HUKUM PIDANA
  • MANAJEMEN
  • DAFTAR OBAT MUNTAH
  • SURAT LAMARAN KERJA
  • ▼
Home → Dunia Kesehatan → Faktor Bayi Lahir Premature Lebih Mudah Kena HIV

Faktor Bayi Lahir Premature Lebih Mudah Kena HIV

Unknown
Dunia Kesehatan
Sunday, June 23, 2013
Faktor Bayi 

1. Prematuritas 

Beberapa pusat penelitian telah memaparkan tentang hubungan prematuritas terhadap infeksi HIV. Sebagai contoh status HIV maternal menjembatani prematuritas kehamilan. Ryder dan teman-teman pada tahun 1989 di Zaire, menggaris bawahi tentang prematuritas sebsar 13% pada wanita + HIV dan 3% pada kelompok control. Pengamatan tersebut tidak konsisten pada Negara berkembang, bayi yang lahir premature lebih beresiko terinfeksi HIV dibanding bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. 4,5,6,19 

2. Nutrisi Fetus 

Terlepas dari status infeksi HIV, nutrisi prenatal yang buruk dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dalam rahim atau intrauterine growth retandation (IUGR) dengan perbandingan pertumbuhan yang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Semua akan menyebabkan menurunnya imunitas selular dengan jumlah sel T yang rendah, respon proliferatif yang buruk, pertumbuhan thymus yang terganggu, meningkatkan kecenderungan terserang infeksi, dan menetap selama 5 tahun masa pertumbuhan yang akan terganggu. Direkomendasikan untuk asupan vitamin A, untuk mencegah perburukan gejala diare yang ada baik pada ibu maupun bayinya.4 

3. Fungsi Pencernaan 

Fungsi pencernaan pada neonatus memegang peranan penting dalam penularan HIV. Sejak infeksi HIV diperkirakan masuk melalui pencernaan saat kelahiran, oleh karena terpapar darah yang terinfeksi, sekresi vagina, cairan amnion dan air susu ibu. Pada system pencernaan bayi memiliki keasaman lambung yang rendah, aktifitas enzyme pencernaan yang rendah, produksi cairan mukosa yang rendah dan sedikit sekresi dari immunoglobulin A (Ig A) yang merupakan system kekebalan pada pencernaan untuk melawan kuman yang masuk. Pada infeksi sekunder akan terjadi diare, pertumbuhan yang terganggu, dan menunjukkan prekembangan perjalanan penyakitnya.6 

4. Respon imun neonatus 

Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru lahir secara anatomi memiliki defisiensi fungsional, belum terpapar oleh antigen dari luar dan sering mengalami ketidak mampuan dalam mengkopi agen mayor infeksi. Merupakan perkembangan immunologi termasuk dalam menghadapi berbagai virus seperti cytomegalovirus, hepatitis B dan virus herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut bersifat kronik, menjadi karier dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit neonates yang fatal. Pada saat system kekebalan tubuh neonatus tidak matang, menyebabkan system sel T tidakberfungsi dnegan baik terutama terhadap infeksi HIV, peranan antibody dan system makrofag rendah. Sistem antibody pada janin bersifat dorman, digantikan oleh system kekebalan tubuh dari Ig G ibu melalui transplasenta dan sekresi IgA dari air susu ibu. Rendahnya kadar IgG dan IgA dari ibu dengan kehamilan cenderung melahirkan premature danjuga antibody neutralizing yang rendah. Yang paling utama adalah defek selT sehingga berpengaruh pada fungsi nya sebagai produksi sitokin, respon sel T sitotoksik, lambatnya system penolakan terhadap se lasing dan tropism terhadap replikasi virus intraselular. T-helper-1 (TH-1) berperan terhadap respon imun selular, bila terjadi defisiensi akan terjadi pula defisiensi dari interferon (IFN-y). terjadi pula defisiensi respon segala tipe sitotoksik termasuk CDS CTL. Oleh Luzuriaga pada tahun 1991 dikatakan terdapat defisiensi CDS T-sel pada bayi yang terinfeksi HIV di 1 tahun pertama kehidupan.7,19 



C. Faktor ibu, kehamilan dan proses persalinan. 

Seorang ibu yang terinfeksi HIV dengan kehamilan memiliki resiko untuk menularkan HIV ke bayinya, dibagi dalam tiga tahapan waktu yaitu; 7 

1. Antepartum: 

Viral load dari ibu, apakah sudah mendapat terapi anti retroviral, jumlah CD4+, defisiensi vitamin A, co-reseptor mutasi dari HIV, malnutrisi, sedang dalam terapi pelepasan ketergantungan obat, perokok, korionik villus sampling CVS), amniosintesis, berat badan ibu. 

2. Intrapartum: 

Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal, proses persalinan, pecah ketuban kasep, persalinan prematur, penggunaan fetal scalp electrode, penyakit ulkus genitalia aktif, laserasi vagina, korioamnionitis, dan episiotomi. 

3. Air susu ibu, mastitis. 

Telah diketahui air susu ibu degan infeksi HIV mengandung proviral HIV dan virus bebas lainnya, sebagai faktor pertahanan seperti antibody terhadap HIV dan glikoprotein yang menghambat ikatan HIV dengan CD4+. Kebanyakan kasus penulran terjadi pada wanita yang diketahui negative terhadap HIV akan tetapi penularan terjadi saat pemberian air susu ibu. Sebetulnya pada ibu dengan infeksi HIV, pemberian air susu ibu beresiko kecil untuk terjadi penularan oleh karena terdapatnya antibody terhadap HIV, bagaimanapun juga di Negara berkembang, makanan formula menjadikan bayi memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lain, air susu ibu merupakan pilihan terbaik.4 

Pemilihan pemberian makanan pada bayi dengan 2 strategi sebagai pencegahan penularan dari ibu ke bayinya postnatal, dengan pemberian zidovudine sebagai profilaksis selama 38 minggu. Ternyata didapatkan pemberian air susu ibu dengan zidovudine sebagai profilaksis tidak efektif seperti pemberian susu formula, akan tetapi bermakna dalam menurunkan angka kematian pada 7 bulan pertama kehidupan, disimpulkan bahwa penularan postnatal dari infeksi virus HIV-1 lewat pemberian air susu ibu dapat diturunkan dengan intervensi pemberian ARV saat perinatal .11 



4. Kehamilan dan cara melahirkan. 

Resiko penularan terjadi pada kondisi korioamnionitis dan penyakit menular seksual. Hal ini berhubungan dengan gangguan pertahanan pada plasenta dan kecenderungan lahir premature, serta dapat meningkatkan viral load pada organ genital. Disamping itu pemilihan cara melahirkan, lamanya persalinan, kapan pecahnya ketuban, dan saat proses kelahiran berjalan seorang bayi dapat terpapar darah sang ibu. Inflamasi pada daerah servik dan uretritis dapat meningkatkan deteksi sel yang terinfeksi HIV-A.4,5,6,7 

Beberapa studi telah mempelajari penularan secara vertikal dari ibu ke bayinya, penularan melalui plasenta juga telah dipublikasikan. Terdapat beberapa faktor dari sang ibu, diantaranya, viral load, antibody neutralizing, atau aktifitas sel T sitotoksik, peranan plasenta melalui ekpresi FasL atau faktor tumor nekrosis berhubungan dengan kejadian apoptosis menginduksi ligand atau ekspresi Apo2L dan faktor plasenta seperti korioamnionitis, aktifitas supresi HIV, atau faktor fetus seperti natibodi neutralizing atau HIV sel T spesifik sitotoksik. 

Faktor plasenta, sitokin plasenta tipe 1 dan 2 menggerakkan ekspresi reseptor kemokin. Sitokin dapat menurunkan atau meningkatkan replikasi HIV. Studi terdahulu mengatakan adanya variasi produksi plasenta tipe 1 dan 2 oleh ekspresi sitokin dan sitokin proinflamatori. Sitokin yang terdapat pada plasenta dan hubungan hormonal-sitokin memegang peranan dalam pencegahan penolakan dari Allograph fetus dan mendukung proses implantasi. Allograph dimediasi oleh sitokin tipe 1 termasuk interferon gamma, TNF-b. produksi dari tipe 2 sitokin (IL4,IL10), sebagai toleransi Allograph dan mempertahankan kehamilan. Pada kondisi terinfeksi oleh HIV, akan menigkatkan rejeksi terhadap janin jadi dapat memicu keguguran melalui jalur sitokin. 

Pada wanita hamil yang tidak terinfeksi sitokin milieu plasenta tipe 2, sedangkan pada wania terinfeksi lebih mengekspresikan tipe 1. Adanya perubahan dari tipe 2 ke tipe 1 belum jelan akan tetapi kondisi korioamnionitis dan vilitis mempengaruhi mekanisme penularan. reseptor kemokin CCR5 memegang peranan pada penularan HIV dari ibu ke bayinya. Janin dengan homogenus D32 atau genotype heterozigot menunjukkan pertahanan terhadap infeksi HIV. Pada ibu yang terinfeksi HIV mempunyai rasio CCR5 yang rendah dibanding CXCR4. CXCR4 mRNA oleh IL10 menghantar makrofag dan memediasi progesterone, keduanya CCR5 dan CXCR4 sebagai ekspresi dari makrofag dan limfosit akan tetapi bukan pencerminana trofoblas. Sitokin tipe 2 dan rendahnya ratio CCR5:CXCR4 mencegah replikasi dari virus HIV. Normal plasma sitokin dari plasenta memproduksi hormone b-HCG yang diketahui menghambat replikasi dari virus HIV.13,16 

IL-16 merupakan ligand CD4 bersama dengan RANTES yangmerupakan ligand dari co-reseptor CCR5 HIV, keduanya menghambat replikasi HIV-1 secara invitro. Kadar IFN-g dan alfa dan sekresi IL10 didapati pada yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Akan tetapi IL10 lebih tinggi pada ibu yang tidak terinfeksi HIV. Rendahnya kadar IL8 dan TNF –a didapati pada wanita yang terinfeksi HIV. Zidovudine menurunkan kadar ekpresi mRNA TNF-a pada mikroeksplan plasenta.15,16 

Aktifitas ekspresi transporter ATP-Binding Cassette (ABC) pada plasenta manusia mempengaruhi masuknya obat transplasenta, buruknya transfer obatkedalam plasenta akan mempengaruhi transfer obat antiretroviral selama kehamilan.14
ADS HERE !!!

Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

  • CODIPRONT (Codeine, Phenyltoloxamine)
    CODIPRONT (Codeine, Phenyltoloxamine)  Obat batuk dengan efek jangka panjang 10 – 12 jam  KOMPOSISI  Codipront Kapsul  Tiap Kapsul mengandun...
  • GARAMYCIN Krim, Salep (Gentamicin Sulfate)
    GARAMYCIN Krim, Salep (Gentamicin Sulfate)  Obat Generik : Gentamicin / Gentamisin Sulfat Obat Bermerek : Balticin, Bioderm, Dermabiotik, De...
  • Jenis - Jenis Obat Kortikosteroid
    Obat Kortikosteroid  Oradexon Tablet dan Injeksi ORADEXON Tablet, Suntik (Dexamethasone / Deksametason) Obat Generik : Dexamethasone...
  • BACTROBAN Krim / Salep Kulit (Mupirocin)
    Nama Obat Generik : Mupirocin / Mupirosin  Nama Obat Bermerek : Bactroban  KOMPOSISI / KANDUNGAN  Tiap 1 gram Bactroban Krim mengandung Mupi...
  • Contoh Latar Belakang Manajemen
    A.     Latar Belakang Manajemen  Sesungguhnya mulai kapan teori manajemen itu ada? Yaitu mulai sejak para pelaku usaha berkecimpung memi...
My Ping in TotalPing.com
My Ping in TotalPing.com

Labels

  • Cara Mengatasi Penyakit
  • Dunia Kesehatan
  • Hukum pidana
  • Manajemen

Popular Posts

  • CODIPRONT (Codeine, Phenyltoloxamine)
    CODIPRONT (Codeine, Phenyltoloxamine)  Obat batuk dengan efek jangka panjang 10 – 12 jam  KOMPOSISI  Codipront Kapsul  Tiap Kapsul mengandun...
  • GARAMYCIN Krim, Salep (Gentamicin Sulfate)
    GARAMYCIN Krim, Salep (Gentamicin Sulfate)  Obat Generik : Gentamicin / Gentamisin Sulfat Obat Bermerek : Balticin, Bioderm, Dermabiotik, De...

Pages

  • Home
Copyright © 2015 Tujuan I - Pendidikan Online . All rights reserved. My Notes Template. Simple Default Template edited by RT Media ™. Powered by Login