F. Y. Widodo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak:
Metode kontrasepsi yang dipakai oleh para pria selama ini adalah kondom, sanggama terputus dan vasektomi. Cara-cara itu tidak disukai karena ketidaknyamanan dan adanya keterbatasan ireversibilitas. Dengan demikian, dibutuhkan pilihan kontrasepsi yang lebih menarik, aman, efektif dan reversibel. Ada dua area utama dalam riset kontrasepsi pria, kontrasepsi hormonal dimana hormon sintetik dipakai untuk sementara menghentikan perkembangan sperma sehat; dan metode non-hormonal, dimana teknik lain digunakan untuk menghentikan sperma sehat untuk memasuki vagina. Walaupun demikian, hal ini harus dicapai tanpa memicu efek samping, seperti misalnya hilangnya gairah dan kemampuan seksual.
Kata Kunci: kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non-hormonal, sperma.
CONTRACEPTION METHOD FOR MAN
F. Y. Widodo
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract:
Methods of contraception for use by men include condoms, withdrawal and vasectomy is not preferred because of discomfort and limited irreversible. Development of a safe, effective, reversible and affordable contraceptive method for men would meet a critical need. There are two main areas of research into male contraception, hormonal contraception where synthetic hormones are used to temporarily stop the development of healthy sperm, and non-hormonal methods, where other techniques are used to stop healthy sperm from entering a woman’s vagina. However, this needs to be achieved without triggers side effects, such as a loss of libido and sexual performance.
Keywords: hormonal contraceptives, non-hormonal contraception, sperm.
PENDAHULUAN
Tujuan penggunaan kontrasepsi adalah untuk menghambat atau menunda kehamilan karena berbagaia alasan, antara lain adalah perencanaan kehamilan, pembatasan jumlah anak, menghindari risiko medis dari kehamilan (misalnya adanya penyakit jantung, diabetes melitus, tuberkulosis), serta sebagai program pemerintah untuk mengendalikan jumlah populasi (1).
Sejak kontrasepsi itu pertama kali ada hingga masa sekarang ini, terutama yang berperan untuk menggunakan kontrasepsi hanyalah kaum wanita saja. Beberapa metode keluarga berencana untuk pria seperti kondom, vasektomi, coitus interuptus, konsepnya telah ada sejak beberapa ratus tahun yang lalu, namun hal tersebut sangat sulit dilaksanakan dan sama sekali tidak efektif dan tidak efisien (2)
Data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011, menyatakan bahwa Peserta KB Baru secara nasional pada bulan Maret 2011 sebanyak 739.500 peserta, dan apabila dilihat partisipasi pria sebagai peserta KB adalah : 47.824 peserta Kondom (6,47%), dan 2.508 adalah peserta Vasektomi (Modus Operasi Pria) (0,34%). Sedangkan partisipasi kaum wanita adalah: 48.891 peserta IUD (6,61%), 9.634 peserta Modus Operasi Wanita (MOW) (1,30%), 50.781 peserta Implant (6,87%), 373.154 peserta Suntikan (50,46%), dan 206.708 peserta Pil (27,94%). Dari data ini dapat dilihat, bahwa peran pria untuk berpartisipasi dalam Keluarga Berencana sangat rendah sekali, total hanya 6.81% dari keseluruhan peserta KB (3).
Di Jawa Timur, peran serta pria untuk ikut KB tidak jauh berbeda dengan angka nasional. Peserta pemakai kondom adalah sebesar 4.04%, dan peserta MOP sebesar 0.40%. Total hanya 4.44%. Sedangkan peserta metode KB untuk wanita: Pil 23.53%, Suntikan 60.13%. IUD 5.84%, MOW 1.73 %, dan Implant 4.32% (3)
Di Amerika Serikat, data yang ada menunjukkan bahwa kaum pria lebih memiliki antusias untuk berperan serta dalam keluarga berencana, dimana peserta yang menggunakan kondom sebesar 13% dan lebih dari 15 % memilih melakukan MOP. Untuk peserta KB dikalangan kaum wanita, masih tetap mendominasi, dimana peserta MOW mencapai 20%, IUD 6%, Suntikan 13 % dan yang memakai Pil 30% ( 1, 4).
Dari data yang ada dapat disimpulkan, bahwa peserta KB pria tidak suka memakai kondom karena adanya “perasaan kurang nyaman”. Kondom kebanyakan hanya dipakai untuk menghindari penularan Penyakit Menular Seksual. Sedangkan MOP (vasektomi) adalah suatu cara KB yang termasuk “kontrasepsi mantap”, dimana ada keterbatasan untuk menghasilkan keturunan kembali (ireversibel), sehingga juga tidak disukai (5, 6).
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan peran serta kaum pria dalam keluarga berencana, perlu dikembangkan suatu cara kontrasepsi yang efektif, tidak berbahaya untuk kesehatan, reversibel, dan nyaman untuk digunakan (2).
Salah satu cara yang ditawarkan adalah penggunaan kontrasepsi hormonal, dimana pemakaiannya mudah, dan lebih bisa diterima oleh kaum pria (6, 7). Mekanisme kerja dari kontrasepsi hormonal ini ialah dengan cara menghalangi efek dari hormon testosteron sedemikian rupa, sehingga produksi sel-sel sperma yang sehat dari testis akan terhambat, tanpa menurunkan kadar hormon testosteron tersebut. Penurunan kadar testosteron akan mengakibatkan efek samping berupa gangguan fungsi seksual dari pemakainya. (8, 9, 10)
Formulasi dari kontrasepsi hormonal, biasanya terdiri dari berbagai jenis testosteron, baik dosis tunggal maupun yang dikombinasikan dengan hormon lain. Dalam uji klinis, telah menunjukkan hasil yang menggembira-kan. Namun, efek jangka panjang dari penggunaan hormon reproduksi laki-laki ini untuk kontrasepsi, sampai saat ini masih belum diketahui, dan mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk mengetahuinya. Karena itu, banyak peneliti yang memperkenalkan kontrasepsi pria non-hormonal, yang memiliki mekanisme berbeda dengan hormonal, yaitu tanpa mempengaruhi jalur hipotalamus-hipofisis-testis untuk menghambat spermatogenesis atau menghambat motilitas sperma (7, 11)