Sel Rangka Myoblast Dewasa
Transplantasi satelit sel stem (myoblast) dari otot rangka
dapat dengan sukses ditempatkan dan ditanamkan pada mikoard yang rusak,
mencegah progresifitas dilatasi ventrikel dan meningkatkan fungsi jantung.
Myoblast ini dapat disalurkan ke miokardium dengan cara impalantasi intra mural
atau melalui arteri, dan akhir-akhir ini
penyebaran yang efektif dari metode kateter yang kurang invasif telah
dilaporkan [30]. Sel otot rangka satelit pada kultur dapat berproliferasi
secara berlimpah, dan dapat dengan mudah tumbuh dari pasien sendiri (diturunkan sendiri atau autolog)
dengan demikian menghindari respon imun yang potensial. Myoblast relatif resisten terhadap iskemi
(dibandingkan dengan kardiomiosit yang menjadi rusak dalam waktu 20 menit)
karena myoblasts dapat bertahan beberapa jam dari proses iskemia berat tanpa
terjadi cedera yang ireversibel. Manfaat fungsional dari transplantasi
intramiokardial myoblast skeletal dalam meningkatkan miokardium yang rusak
sekunder terhadap iskemia telah didokumentasikan [32]. Percobaan klinis
menunjukkan efikasi dari transplantasi myoblast rangka autolog pada pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri [27,33]. Penggunaan myoblast rangka, disalurkan
via injeksi intramiokard multiple,
efektif dalam memulihkan fungsi ventrikel kiri
pada model hewan hamster Syrian yang mengalami dilatasi kardiomiopati,
menunujukkan bahwa manfaat fungsional dari transplantasi myoblast rangka dapat
diperpanjang untuk kardiomiopati noniskemik [34].
4.1
Keuntungan Transplantasi Myoblast
Sejak myoblast dapat berasal dari
autolog dan menyebar secara baik dalam sediaan kultur, sejumlah besar sel dapat
diperoleh hanya sejumlah kecil sampel biopsi otot skeletal (seperti yang
didapatkan dari pasien) dalam periode yang relatif singkat. Apabila
dibandingkan dengan transplantasi sel otot jantung, sel mioblas tampak lebih
tahan terhadap kerusakan apoptosis yang sedang berlangsung, yang seringkali
berlangsung pada lokasi iskemik.
4.2
Batasan dan Perihal Mengenai Transplantasi Mioblast
Sementara beberapa laporan
menunjukkan bahwa subpopulasi dari mioblas skeletal tertransplantasi telah
mampu bertransdifrensiasi menjadi sebuah fenotip-sel otot jantung dengan
peningkatan ekspresi dari genetic jantung (35-36),sedangkan yang lainnya tidak
mampu berreplikasi dari donor mioblas transdifrensiasi menjadi sel otot jantung
(37). Konsensus yang ada dari sebagian besar ahli pada bidang ini menyatakan
bahwa cangkokan sel mioblas awalnya tetap bukanlah sel otot jantung. Sedangkan,
sejumlah bukti menyatakan bahwa ketika mioblast dimplantasikan ke dalam
jantung, proses perkembangannya dipengaruhi sebagaimana cara lingkungan jantung
sehingga hal tersebut mampu memperbaiki kinerja jantung. Mioblast skeletal
ditanamkan ke dalam sebuah miokard yang cedera berdifrensiasi menjadi bersifat
tahan-kelelahan, fenotipe kejangan
lambat diadaptasi untuk menjadi beban kerja jantung. Terlebih, graft myoblast
mungkin menunjukkan koneksi antar sel yang tidak kompetibel dengan kardiomiosit residen dan tidak
berespon dengan cara yang sama terhadap sinyal elektrik dan stimulus. Sementrara
studi preklinis awal tidak tidak mendeteksi adanya bukti aritmia, studi klinis
baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa subset dari pasien yang menerima
transplantasi myoblast rangka dapat mengalami aritmia yang parah dan
membahayakan nyawa. Penyebab yang tepat terhadap terjadinya aritmia ini masih
belum jelas namun mungkin terkait dengan sifat listrik heterogen dan interaksi
anatra sel donor dengan sel penerima. Di lain pihak, aritmia mungkin dipicu
oleh medium yang digunakan untuk memperkenalkan sel, bukan oleh sel-sel sendiri
[41]. Sebagai sisipan, manfaat
fungsional dari tranplantasi myoblast mungkin berhubungan dengan dengan
keterbatasan remodeling pos infark dan / atau efek parakrine dari myoblast yang
ditransplantasikan pada jaringan resipien, bukan kontribusi pencagkokan
myoblast untuk meningkatkan fungsi sistolik ventrikel.
4.3
Rekomendasi Lebih Lanjut
Sementara studi preklinis dengan
transplantasi sel stem dan myoblast
telah menunjukkan efikasi yang sama [42-43], ada kebutuhan untuk evaluasi rinci
mengenai menfaat relatif, efek samping dan efisiensi myoblast rangka dan
tranplantasi stem sel dalam setting klinis (misalnya kegagalan jatung) vis a vis perbaikan infark miokard.
Metode baru untuk menilai dan mengoptimalkan perekrutan dan kelangsungan
hidup pasca tranplantasi secara lebih
baik, khususnya dalam jangka panjang, perlu untuk dkembangkan dan repertoar
yang efektif, penyaluran sel yang kurang invasif perlu diperluas.
ADS HERE !!!