1. Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma Ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
Kelebihan
1. Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
Kelemahan
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya.
Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah-langkah AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut
1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode
“pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
Contoh Kasus
Adi berulang tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk membelikan sepeda motor sesuai yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu motor Ninja, Tiger dan Vixsion . Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda motor yang nantinya akan dia beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang bagus, berkualitas serta irit dalam bahan bakar.
Penyelesaian
1. Tahap pertama
Menentukan botot dari masing – masig kriteria.
Desain lebih penting 2 kali dari pada Irit
Desain lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
Irit lebih penting 1.5 kali dari pada kualitas
Pair
Comparation Matrix
Kriteria
|
Desain
|
Irit
|
Kualitas
|
Priority
Vector
|
Desain
|
1
|
2
|
3
|
0,5455
|
Irit
|
0,5
|
1
|
1,5
|
0,2727
|
Kualitas
|
0,333
|
0,667
|
1
|
0,1818
|
Jumlah
|
1,833
|
3,667
|
5,5
|
1,0000
|
Pricipal Eigen Value (lmax)
|
|
3,00
|
Consistency Index (CI)
|
|
0
|
Consistency Ratio (CR)
|
|
0,0%
|
Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan)
menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini Desain
merupakan bobot tertinggi/terpenting menurut Adi, disusul Irit dan yang
terakhir adalah Kualitas.
Cara membuat table seperti di atas
- Untuk perbandingan antara
masing – masing kriteria berasal dari bobot yang telah di berikan ADI
pertama kali.
- Sedangkan untuk Baris
jumlah, merupakan hasil penjumalahan vertikal dari masing – masing
kriteria.
- Untuk Priority Vector di dapat dari hasil penjumlahan dari semua sel
disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi
dengan Jumlah yang ada
dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
- Untuk mencari Principal
Eigen Value (lmax)
Rumusnya adalah
menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel
pada kolom Priority Vector
- Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus
CI = (lmax-n)/(n-1)
- Sedangkan untuk menghitung
nilai CR
- Menggunakan rumuas CR =
CI/RI , nilai RI didapat dari
n
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
RI
|
0
|
0
|
5,8
|
0,9
|
1,12
|
1,24
|
1,32
|
1,41
|
1,45
|
1,49
|
Jadi untuk n=3, RI=0.58.
Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% ,
ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%,
tidak bisa diterima.
2. Tahap Kedua
Kebetulan teman ADI memiliki teman yang memiliki motor yang
sesuai dengan pilihan ADI. Setelah Adi mencoba motor temannya tersebut adi
memberikan penilaian ( disebut sebagai pair-wire comparation)
Desain lebih
penting 2 kali dari pada Irit
|
Desain lebih
penting 3 kali dari pada Kualitas
|
Irit lebih
penting 1.5 kali dari pada kualitas
|
Ninja 4 kali desainnya lebih baik daripada tiger
|
Ninja 3 kali desainnya lebih baik dari pada
vixsion
|
tiger 1/2 kali
desainnya lebih baik dari pada Vixsion
|
Ninja 1/3 kali
lebih irit daripada tiger
|
Ninja 1/4
kali lebih irit dari pada vixsion
|
tiger 1/2 kali
lebih irit dari pada Vixsion
|
Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat di buat table
(disebut Pair-wire comparation matrix)
Desain
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1
|
4
|
3
|
0,6233
|
Tiger
|
0,25
|
1
|
0,5
|
0,1373
|
Vixsion
|
0,333
|
2
|
1
|
0,2394
|
Jumlah
|
1,583
|
7
|
4,5
|
1,0000
|
Pricipal Eigen Value (lmax)
|
|
3,025
|
Consistency Index (CI)
|
|
|
0,01
|
Consistency Ratio (CR)
|
|
|
2,2%
|
Irit
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1
|
0,333
|
0,25
|
0,1226
|
Tiger
|
3
|
1
|
0,5
|
0,3202
|
Vixsion
|
4
|
2
|
1
|
0,5572
|
Jumlah
|
8
|
3,333
|
1,75
|
1,0000
|
Pricipal Eigen Value (lmax)
|
|
3,023
|
Consistency Index (CI)
|
|
|
0,01
|
Consistency Ratio (CR)
|
|
|
2,0%
|
Irit
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1,00
|
0,010
|
0,10
|
0,0090
|
Tiger
|
100,00
|
1,00
|
10,0
|
0,9009
|
Vixsion
|
10,00
|
0,100
|
1,0
|
0,0901
|
Jumlah
|
111,00
|
1,11
|
11,10
|
1,0000
|
Pricipal Eigen Value (lmax)
|
|
3
|
Consistency Index (CI)
|
|
|
0
|
Consistency Ratio (CR)
|
|
|
0,0%
|
3. Tahap ketiga
Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor
untuk masing-masing kriteria bagi ketiga motor pilihannya, maka langkah
terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga motor tersebut. Untuk
itu ADI akan merangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel
yang disebut Overall composite weight, seperti berikut.
Overall composit weight
|
weight
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Desain
|
0,5455
|
0,6233
|
0,1373
|
0,2394
|
Irit
|
0,2727
|
0,1226
|
0,3202
|
0,5572
|
Kualitas
|
0,1818
|
0,0090
|
0,9009
|
0,0901
|
Composit
Weight
|
|
0,3751
|
0,3260
|
0,2989
|
Cara membuat Overall Composit weight adalah
· Kolom Weight
diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria.
· Ketiga kolom lainnya
(Ninja, Tiger dan Vixsion) diambil dari kolom Priority Vector ketiga
matrix Desain, Irit dan Kualitas.
·
Baris Composite Weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel
diatasnya dengan weight.
Berdasarkan table di atas maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa yang memiliki skor paling tinggi adalah Ninja yaitu 0,3751 , sedangkan
disusul tiger dengan skor 0,3260 dan yang terakhir adalah Vixsion dengan skor
0,2989. Akhirnya Adi akan membeli motor Ninja