Dividen Saham (Stock Dividend)
Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham (dividen dalam bentuk saham) kepada pemegang saham. Stock dividend tidak lebih dari penyusunan kembali modal perusahaan (rekapitalisasi perusahaan), sedangkan proporsi kepemilikan tidak mengalami perubahan. Bagi investor dengan adanya stock dividen ini maka ia tidak memperoleh apa-apa kecuali tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan tidak berubah. Apabila faktor lain tetap, maka penambahan jumlah lembar saham yang beredar akan mengakibatkan harga pasar saham akan turun, sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak mengalami perubahan. Bagi investor apabila memerlukan dana dapat menjual tambahan saham yang diperolehnya, dan seolah-olah saham yang dimiliki tidak berkurang. Stock dividend baru akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan juga membayarkan dividen dalam bentuk kas. Sehingga pemegang saham selain mendapat tambahan dana lembar saham juga tetap mendapatkan cash dividend.
Tujuan perusahaan memberikan stock dividen adalah untuk menghemat kas karena ada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan. Namun hal ini akan mengakibatkan kekecewaan pemegang saham. Maka diperlukan informasi yang benar kepada pemegang saham, akan adanya kesempatan investasi di masa datang. Kebijakan stock dividen yang tidak dapat dibenarkan apabila stock dividend dipergunakan untuk mengatasi kesulitan financial, karena perusahaan tidak dapat memanipulasi investor yang akibatnya harga saham akan turun. Masalahnya yang penting adalah menyangkut biaya emisi saham yang mahal sehingga stock dividend perlu pertimbangan yang matang.
Zaki Baridwan (2004:437) menyatakan bahwa ada beberapa keadaan atau alasan-alasan yang membenarkan pembagian dividen saham antara lain :
1. Keinginan pimpinan untuk menahan laba secara tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba tidak dibagi. Akibat adanya dividen saham ialah menaikan jumlah modal disetor yaitu dengan cara membebani rekening laba tidak dibagi dan dikreditkan ke rekening modal saham.
2. Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang diperlukan untuk modal kerja atau ekspansi.
3. Untuk menaikan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga pasarnya akan menurun. Akibatnya yang lain adalah untuk mendorong perdagangan saham.
Pemecahan Saham (Stock Split)
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Lawan dari stock split adalah reverse splits. Dalam reverse splits ini perusahaan mengurangi jumlah lembar sahamnya.
Tujuan dari dilakukannya reverse splits adalah untuk menaikan harga pasar saham dalam keadaan dimana harga pasar sahamnya dianggap terlalu rendah.
Pembelian Kembali saham (Repurchase Of Stock)
Perusahaan sering dan harus melakukan pembelian kembali saham perusahaan karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang favourable, maka pemberian dividen atau pembelian saham tidak dikenai pajak dan biaya transaksi bagi investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali jumlah lembar saham yang beredar akan berkurang dan dividen per lembar saham akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan meningkat.
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara.
(1)Perusahaan memberikan penawaran atau dengan cara membeli langsung di pasar. Dengan tender penawaran perusahaan membuat penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat harga tertentu. Harga tersebut biasanya sedikit diatas harga pasar saat ini, kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan. (2) adalah dengan membeli langsung di pasar modal, dalam hal ini peran pialang, broker akan membantu. Sebagai imbalannya perusahaan akan memberikan informasi terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian kembali saham perusahaan.
Pembelian kembali saham perusahaan memiliki beberapa keuntungan baik dari pihak pemegang saham maupun dari pandangan manajemen. Menurut Agus Sartono (2001:299) menyatakan bahwa keuntungan utama yang diperoleh atas pembelian saham diantaranya adalah :
1. Pembelian kembali saham perusahaan dipandang sebagai indikasi bahwa saham terlalu rendah atau undervalued.
2. Pemegang saham memiliki pilihan untuk menjual saham mereka atau tidak, di lain pihak investor yang memerlukan uang kas dapat menjual saham mereka sedangkan yang tidak memerlukan uang kas dapat menahan sahamnya dengan harapan capital gain yang diperoleh di masa datang akan lebih besar.
3. Dari pandangan manajemen pembelian kembali saham memberikan beberapa keuntungan. Dividen bagi manajemen merupakan pilihan yang sulit. Karena manajemen enggan untuk menaikan tingkat dividen dengan alasan mungkin sulit untuk mempertahankan tingkat dividen yang tinggi, perlu diingat investor menyukai penurunan dividen. Oleh sebab itu jika kelebihan aliran kas hanya bersifat sementara, akan lebih baik bagi manajemen mendistribusikan kelebihan aliran kas tersebut dalam bentuk pembelian kembali saham perusahaan daripada pembayaran dividen.
4. Pembelian kembali saham perusahaan juga merupakan satu cara praktis bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi keuangan perusahaan.
Akan tetapi perlu disadari bahwa pembelian kembali saham juga menimbulkan kerugian. Menurut Agus Sartono (2001:299) menyatakan bahwa kerugian yang mungkin timbul dari pembelian kembali saham adalah :
1. Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi untuk pembelian kembali saham perusahaan, sehingga sangat merugikan pemegang saham yang memilih untuk tidak menjual sahamnya. Jika saham saat ini tidak begitu likuid dan perusahaan melakukan pembelian kembali saham dalam jumlah yang besar, maka harga saham akan cenderung turun setelah pembelian kembali saham ini.
2. Tidak semua pemegang saham mengetahui implikasi pembelian kembali saham perusahaan terutama menyangkut kondisi perusahaan saat ini dan prospeknya dimasa mendatang. Akibatnya tidak semua investor memperoleh manfaat atas pembelian kembali saham perusahaan.
3. Perusahaan semestinya akan dikenakan finalty jika pembelian kembali saham perusahaan dalam jumlah yang besar ini semata-mata dilakukan untuk menghindari pajak atas dividen.
4. Beberapa investor memandang bahwa pembelian kembali saham perusahaan merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak memiliki pertumbuhan yang baik. Jika hal ini benar, maka pembelian kembali saham ini akan berakibat negatif terhadap harga saham. Namun demikian jika pembelian ini disebabkan karena tidak adanya kesempatan investasi, maka mungkin kebijakan ini memang lebih baik bagi manajemen daripada membagikannya dalam bentuk dividen. Sehingga investor dapat melakukan investasi di kesempatan lain.