Wawancara dengan orang yang berkerja di Kura Kura Resort, Karimunjawa.
Kura Kura Hotel sekarang dikontrak oleh seorang berkebangsaan Swiss dan telah dikontrakan oleh pemilik resort selama kurang lebih 2 tahun. Menurut orang yang saya wawancarai ini, 10 orang bekerja di Kura Kura resort di Karimunjawa dan mereka dari Semarang, Pati dan juga Karimunjawa.
Setelah wawancara kami maka ide-ide, pendapat dan pandangan orang tersebut tentang kegiatan kepariwisataan di Karimunjawa adalah sebagai berikut:
Wisatawan asing yang biasanya datang ke Karimunjawa berasal dari Itali, Swiss dan Canada.
Dia percaya bahwa akibat adanya bom di Jakarta maka jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan karena para wisatawan tersebut berpikir bahwa Indonesia tidak aman dan itu membuat mereka ketakutan.
Selain itu, orang ini juga berpikir bahwa fasilitas di Karimunjawa untuk wisatawan asing masih kurang karena “kita seperti Bali.”
Dia juga berpikir bahwa masyarakat Karimunjawa perlu lebih banyak wisatawan “karena masyarakat Karimunjawa biasanya berkerja sebagai nelayan.”
Ketika kami berbicara mengenai kontribusi dari Kura Kura hotel yang berada di Pulau Menyawakan, orang ini mengatakan kepada saya bahwa hal tersebut masih belum nampak selain dari karyawan yang direkrut memang berasal dari penduduk setempat.
Dia percaya bahwa dengan adanya wisatawan asing di Karimunjawa akan membawa lebih banyak dampak positif. Selama ini, dia masih belum melihat adanya dampak negatif dari kehadiran para wisatawan asing. Ini mungkin saja karena Karimunjawa masih dalam tahap pengembangan sehingga belum ada banyak wisatawan asing yang berkunjung jadi dampak negatifnya belum kelihatan.
Adapun dampak positifnya, masih menurut orang tersebut, adalah:
“dengan banyaknya turis yang berkunjung maka Karimunjawa bisa jadi lebih terkenal dan berkembang sehingga menambah lapangan perkerjaan bagi penduduk setempat. Mereka bisa membangun homestay lagi yang bisa digunakan sebagai penginapan”.
Wawancara dengan Ari yang berkerja di Karimunjawa Indah Homestay.
Menurutnya, setiap bulan rata rata terdapat antara 2 sampai 5 wisatawan asing yang datang ke homestay tempat dia bekerja. Ini mungkin disebabkan karena Karimunjawa masih berada dalam tahap pengembangan.
Masih menurutnya pula wisatawan asing yang datang ke Karimunjawa biasanya berasal dari Belanda, Australia dan Kanada. Dan biasanya mereka ini menyukai aktivitas yang terdapat di Karimunjawa seperti menyelam dan snorkeling.
Ketika saya bertanya apakah menurutnya fasilitas yang ada cukup untuk mendukung kegiatan tersebut, dia menjawab bahwa fasilitas yang ada relatif cukup bergantung dari banyaknya permintaan itu sendiri. Menurutnya di Karimunjawa sendiri sudah ada perkembangan-perkembangan khususnya menyangkut pengadaan barang maupun lokasi atau penginapan, misalnya untuk kegiatan-kegiatan di laut sudah ada tempat-tempat penyewaan alat seperti untuk snorkeling. Dan untuk menyelam juga sudah ada tempat penyewaan tabung selam, padahal sebelumnya belum ada. Kemudian untuk menarik wisatawan lagi, dikembangkan bisnis souvenir. Berbagai macam souvenir dibuat di Karimunjawa untuk menarik wisatawan. Dan khusus untuk wisata laut, selain ada alat-alat untuk snorkeling dan penyelaman, juga tersedia kapal kaca untuk melihat terumbu karang untuk menarik kunjungan wisatawan tersebut ke Karimunjawa.
Dia menyebutkan bahwa Karimunjawa memiliki berbagai jenis karang yang bagus dan air laut yang bening dan inilah yang menjadi alas an para wisatawan untuk berkunjung ke Karimunjawa.
Ari berpikir bahwa semakin banyak wisatawan yang datang ke Karimunjawa semakin bagus karena “dengan adanya wisatawan, dari segi lingkungan, kebersihan bisa lebih dijaga dibandingkan dengan tidak ada wisatawan. Untuk menarik wisatawan maka mereka perlu menjaga kebersihan lingkungan. Di laut, mereka menjaga kelestarian alam laut. Dan dengan adanya kelestarian laut, wisatawan terarik untuk datang ke Karimunjawa. Jadi datangnya wisatawan ke Karimunjawa dari segi ini sangat berpengaruh.
Terhadap dampak negatif dan positif, dia percaya bahwa “untuk segi positif secara tidak langsung, mengajak masyarakat lokal untuk hidup secara profesional.”
Dan untuk dampak negatif dia percaya belum ada dari wisatawan asing yang datang ke Karimunjawa.
Ketika kami berbicara mengenai Kura Kura Hotel, dia menyebutkan bahwa belum ada bantuan bantuan untuk Karimunjawa. Tetapi, dia percaya bahwa secara umum Kura Kura Hotel membantu dalam memasarkan kegiatan pariwisata di Karimunjawa.
Dia pun yakin bahwa masyarakat Karimunjawa perlu lebih banyak pariwisata karena wisatawan yang datang ke Karimunjawa berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Pendapatan di Karimunjawa masih sedikit, tapi dengan lebih banyak wisatawan ke daerah ini, mungkin pendapatan menjadi lebih banyak.
Wawancara dengan salah seorang polisi hutan di Karimunjawa.
Menurutnya, pengaruhnya terhadap pelestarian alam selama ini belum begitu terasa dampaknya karena pariwisata di sini belum begitu berkembang. Selain itu, para pendatang (wisatawan) sendiri cenderung untuk menikmati keindahan laut sehingga jarang sekali yang masuk ke hutan..
Wisatawan yang datang ke Karimunjawa jarang sekali yang masuk ke hutan karena potensi mengenai hutan belum terekspos secara meluas. Akan tetapi dia percaya bahwa ada banyak potensi pariwisata di hutan, seperti tracking.
Ketika saya bertanya apakah menurutnya baik bagi lingkungan ataukah tidak jika terdapat lebih banyak wisatawan. Dia pun menjawab bahwa banyaknya kunjungan wisatawan nanti harus diimbangi dengan sosialisasi peraturan dan undang-undang mengenai dareah konservasi dimana taman nasional ini terdiri dari zona-zona. Ada yang bisa dikunjungi dan ada yang tidak bisa dikunjungi. Apabila sosialisasinya baik maka mungkin bisa tidak begitu berdampak.
Dan ketika berbicara tentang tempat yang dilengkapi jaring dimana terdapat ikan hiu untuk dilihat oleh para wisatawan. Dia berpikir bahwa hal seperti ini tidak baik untuk hiu itu sendiri. Ketika saya bertanya apakah hal ini menurutnya salah, dia menjawab bahwa pada prinsipnya memang tidak boleh. Namun karena mungkin tidak dieksplotasi orang melainkan orang datang hanya sekedar untuk melihat seperti apa ikan hiu dan penyu itu, maka selama ini diperbolehkan sepanjang mereka tidak dibawa keluar atau tidak dieksploitasi.
Meskipun demikian, dia masih berpendapat bahwa hal ini tidak baik bagi hiu-hiu tersebut mengingat kondisi tempatnya yang kotor dan kecil.
Dia juga menyebutkan bahwa masih ada orang yang belum sadar tentang manfaat konservasi di Karimunjawa. Oleh karena itu, perlu ada upaya lebih lanjut melalui jalur pendidikan khususnya tentang konservasi lingkungan Karimunjawa bagi penduduk setempat. Dia mengatakan bahwa memang sudah ada pendidikan tentang lingkungan Karimunjawa di sekolah-sekolah baik di tingkat SD sampai tingkat SMA akan tetapi mungkin perlu ditambah lagi dengan pendidikan diluar lingkungan sekolah bagi seluruh masyarakat Karimunjawa.
Ketika saya bertanya apakah menurutnya dengan adanya lebih banyak wisatawan maka akan menaikkan kesadaran lingkungan masyarakat, dia menjawab bahwa yakin hal tersebut akan membawa kemajuan karena masyarakat jadi lebih sadar bahwa wisatawan datang ke sini adalah untuk melihat keindahan alam. Jadi kalau alam itu sudah rusak maka wisatawan tidak akan datang ke sini lagi. Sehingga masyarakat mungkin akan sadar untuk menjaga lingkungan sehingga lebih banyak wisatawan yang akan datang berkunjung dan otomatis akan membawa peningkatan taraf hidup karena homestay-homestay dan penginapan mendapat lebih banyak turis dan orang untuk menyewa kapal. “Saya yakin akan tumbuh kesadaran yang lebih tinggi”, sambungnya lagi.
Mengenai Kura Kura Hotel, dia menyebutkan bahwa karena Kura Kura Hotellah maka Karimunjawa lebih terekspose dan dikenal oleh mancanegara. Hal ini menurutnya sebagai dampak positif dari kehadiran Kura Kura Hotel. Selain itu, menyangkut kontribusi dari Kura Kura Hotel bagi masyarakat setempat menurutnya masih sedikit misalnya penggunaan tenaga kerja. Meskipun demikian, yang direkrut pada umumnya bukan orang yang asli Karimunjawa melainkan mereka yang tinggal di sana. Dia percaya bahwa jika Kura Kura Hotel merekrut orang-orang yang asli Karimunjawa maka mungkin manfaatnya akan lebih terasa.
Wawancara dengan DPD Karimunjawa.
Menurut DPD, wisatawan asing yang datang ke Karimunjawa masih sedikit dan biasanya mereka ini adalah mahasiswa asing yang sedang belajar di Yogya ataupun dari Bali. Selain itu, banyak wisatawan yang berasal dari dalam negeri. Hal ini mungkin disebabkan karena Karimunjawa masih dalam tahapan pengembangan sehingga belum cukup dikenal secara luas.
Menurut mereka, terdapat 1 sampai 2 saja orang di Karimunjawa yang bisa berbicara bahasa Inggris. Ini merupakan satu contoh lain yang memperlihatkan bahwa Karimunjawa masih dalam tahapan pengembangan.
Ketika ditanya mengenai adanya dampak positif dan negatif terhadap lingkungan, budaya, agama, dan cara hidup dengan adanya peningkatan pariwisata di Karimunjawa, dia mengatakan bahwa yang terpenting adalah wisatawan tersebut mau berbaur dengan penduduk setempat sesuai dengan adat ketimurannya, misalnya dalam hal berpakaian. Tapi kalau sudah di laut kadang-kadang penduduk tidak terpengaruh oleh mereka. Mereka dapat menikmati laut dengan pakianan minim sesuai dengan kebiasan mereka dan hal itu sama sekali tidak dipersoalkan karena masyarakat sendiri yang seharusnya membentengi diri mereka khususnya anak muda, jangan terhanyut dengan gaya seperti itu.
Dia juga berpendapat bahwa wisatawan mancanegara akan betul-betul menghargai apa yang ada di lingkungan tersebut. Sebaliknya masyarakat lokal ini tingkat kesadaran dan wawasan lingkungannya masih rendah.
Ketika diajak berbicara mengenai Kura Kura Hotel dan karang-karang di depan Pulau Menyawakan yang rusak dari dermaga di atas karang-karang itu, menurut DPD, sebenarnya hal seperti ini tidak diperbolehkan, akan tapi karena ada ijin dari menteri hal itu jadi merupakan perkecualian.
Menurutnya, perlu dilakukan pergantian pemimpin Balai Taman Nasional sehingga pimpinan yang baru diharapkan memiliki wawasan yang lebih baik tentang lingkungan Karimunjawa.
Selain itu, ketika masyarakat merayakan hari ulang tahun Karimunjawa, mereka membuat proposal guna mencari dana meskipun akhirnya dikasih 500.000 rupiah saja.
Ketika ditanya tentang adanya stasiun penerima yang memungkinkan penggunaan handphone di Karimunjawa, hal ini dipikir sebagai sesuatu yang baik karena sudah merupakan kebutuhan mendasar. Para wisatawan jelas menginginkan hal ini agar dapat menghubungi siapa saja yang dikehendaki.
Dan ketika ditanya apakah masyarakat Karimunjawa mau atau perlu lebih banyak pariwisata asing untuk datang berkunjung, dia pun menjawab bahwa hal ini memang sulit karena menurutnya sulit untuk dijawab bahwa banyak yang suka dengan adanya wisatawan asing.
“Bagi wisatawan mancanegara, saya yakin memang sudah ngerti di Karimunjawa mau apa. Rata rata memang yang diinginkan adalah underwaternya mengingat kondisi lautnya masih bagus dan mudah mudahan mereka tidak kecewa” imbuhnya.
Ibu Sri-
Saya wawancara Ibu Sri yang pemiliki Karimunjawa Indah Homestay.
Karimunjawa Indah Homestay telah berdiri sejak awal tahun 1994 dan sejak saat itu Ibu Sri menerima wisatawan asing sebanyak 2 kali setiap bulannya. Meskipun demikian, ada banyak orang Indonesia yang tinggal di Homestay Ibu Sri.
Ketika ditanya mengenai ada tidaknya dampak negatif dan positif dari pariwisata asing di Karimunjawa, Ibu Sri percaya tidak ada, dan kalau pun ada mungkin kecil saja.
Menurutnya, fasilitas yang ada cukup untuk wisatawan asing. Selain itu, ada cukup banyak objek wisata yang tersedia bagi para wisatawan, seperti terumbu karang dan ikan-ikan, flora, dan fauna.
Menurut Ibu Sri, masyarakat Karimunjawa lebih suka apabila ada banyak wisatawan yang datang ke Karimunjawa. Dia menambahkan bahwa masyarakat menginginkan lebih banyak wisatawan karena hal itu akan menambah penghasilan, pengalaman dan lain sebagainya.
Ibu Sri menyebutkan bahwa Kura-Kura Hotel baik sekali untuk Karimunjawa karena banyak wisatawan yang pergi ke Karimunjawa karena adanya Kura-Kura Hotel di sana.
Wawancara dengan pemilik warung di Karimunjawa.
Warung ini telah berdiri di Karimunjawa sejak tahun 1988. Menurut pemilik warung ini, wisatawan yang datang ke Karimunjawa sering makan di warung tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa tidak ada dampak negatif dari adanya kegiatan pariwisata di Karimunjawa. Pemilik warung ini juga berpendapat bahwa Karimunjawa memiliki cukup fasilitas untuk menerima lebih banyak pariwisata yang tertarik dengan laut. Dan menurutnya, masyarakat menginginkan lebih banyak wisatawan karena saat ini kebanyakan orang di Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan dan karena itu sudah sulit mencari ikan dan dengan adanya peningkatan kegiatan pariwisata maka sebagian masyarakat dapat beralih profesi. Jadi selain baik bagi warungnya sendiri, juga baik bagi masyarakat pada umumnya.
Wawancara dengan salah seorang pemilik kapal pariwisata yang bernama Anto.
Anto sudah memiliki kapal pariwisata dan menjalankan usahanya itu selama 1,5 tahun. Menurutnya, biasanya wisatawan yang datang ke Karimunjawa berasal dari Yogya, Solo, Belanda, Jakarta, Semarang dan Jepara. Pada umumnya wisatawan asing yang datang ke Karimunjawa sudah bisa berbicara bahasa Indonesia. Selain itu, menurut Anto fasilitas yang ada di Karimunjawa cukup untuk kegiatan pariwisata.
Anto biasanya mengangkut wisatawan dengan kapalnya kira-kira sebanyak 3 kali seminggu.
Ketika ditanya mengenai dampak negatif dari adanya kegiatan pariwisata asing di Karimunjawa, dia pun menjawab “tidak ada”. Sedangkan dampak positif menurutnya ada yaitu bisa mengenal orang lain apalagi jika pelayanan yang diberikan baik.
Dia menyebutkan bahwa Kura-Kura Hotel tidak bagus untuk masyarakat Karimunjawa karena sebelumnya mereka tidak harus membayar parkir tetapi sekarang harus membayar. Dan kalau pun bayar jangan sampai memberatkan (mahal).
Anto berpendapat bahwa masyarakat Karimunjawa menginginkan lebih banyak wisatawan datang Karimunjawa karena masyarakat di sana senang keramaian.
Wawancara dengan Camat – Kepala wilayah Kecamatan.
Ketika ditanya apakah menurutnya masyarakat Karimunjawa perlu lebih banyak wisatawan, Camat menjawab, “…untuk menggerakan pariwisata di sini masih perlu pendidikan pada masyarakat agar mereka nanti juga bisa menikmati dengan adanya kegiatan pariwisata. Karena pemikiran masyarakat disini masih tradisional sekali, sehingga belum dapat berpikir keuntungan dari pariwisata”.
Menurut Camat, Karimunjawa memiliki 3 kelompok budaya yang kegiatannya selalu ramai dikunjungi oleh turis asing dan dengan banyaknya turis asing nantinya Karimunjawa bisa menjadi seperti Bali.
Dia berpendapat bahwa fasilitas di Karimunjawa masih sangat kurang dan bersifat tradisional. Tetapi ada tempat dimana turis bisa berenang dan berjemur (sunbathing).
Ketika ditanya apakah dengan banyaknya wisatawan maka akan menjadi baik terhadap konservasi taman nasional, Camat menjawab, “memang sedikit mengganggu konsevasi, karena rata rata untuk wisatawan menyukai wisata laut seperti memancing, menggunakan kapal dan untuk melihat-lihat. Ketika mengeluarkan jangkar mengenai karang dan itu merusak karang”.
Mengenai Kura-Kura Hotel yang membangun di pulau dan memindahkan karang karang yang berada di dalam wilayah taman nasional, menurut Camat bisa jadi Kura-Kura memang memindahkan karang-karang akan tetapi jika hal itu diketahui oleh pihak pengelola Taman Nasional, itu tidak bisa karena sudah merusak ekosistem.
Menurut dia, karang-karang yang rusak di Karimunjawa itu disebabkan oleh nelayan yang mencari ikan di laut dengan memakai potassium dan dengan menggunakan bom. Selain itu juga disebabkan oleh penggunaan jangkar yang mengenai karang sehingga karang tersebut mengalami kerusakan.
Pihak kecamatan sudah membicarakan hal tersebut dengan polisi air dan sudah mensosialisasikan hasil dari pembicaraan tersebut kepada masyarakat dan melakukan penangkapan. Namun yang namanya masih budaya tradisional ini sulit sekali untuk diubah. Tapi sudah diupayakan untuk melakukan operasi penangkapan terhadap penggunaan alat-alat yang tidak ramah lingkungan.
Wawancara dengan Elizabeth - anak pemilik Kura-Kura Hotel di pulau Menyawakan dan Karimunjawa.
Wisatawan asing yang datang ke Menyawakan biasanya berasal dari Korea dan Eropa. Ada banyak juga ekspatriat yang berasal dari Jepara, Semarang dan Jakarta.
Kura-Kura Hotel dikenal oleh para wisatawan melalui iklan di internet, promosi dari mulut ke mulut dengan orang yang sudah pernah ke Kura-Kura Hotel, dan melalui pameran di Amerika dan Berlin. Meskipun demikian masih banyak orang yang berpikir bahwa Indonesia tidak aman dan terlalu jauh untuk dikunjungi.
Ketika ditanya mengenai ada tidaknya kontribusi dari Kura-Kura Hotel bagi masyarakat Karimunjawa, Elizabeth menjawab, “Kura-Kura Hotel membeli ikan dari masyarakat Karimunjawa dan mengambil para karyawan dari masyarakat”.