Saat ini, diera awal abad ke 21, Bangsa Indonesia diterpa issue terancam cerai-berai (disintegrasi) dalam berbagai aspek sosial, budaya, etnik, pendapat, partai, golongan, dan sebagainya, dan sebagainya. Tercerai berai, terpisah terkotak kotak ataupun kemudian menjadi mudah kembali dijajah dalam arti lain. Penjajahan dalam konteks globalisasi, oleh negara adi-kuasa / adi-jaya, yang merambah di Indonesia ke ranah ekonomi, aspek politik, aspek budaya, dalam rangka mensukseskan “program globalisasi” nya. Adanya kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi menyebabkan terjadinya ”negara tanpa batas” yang memungkinkan arus informasi serta hubungan antar manusia melalui dunia maya yang dapat merubah ”ciri” atau karakter suatu bangsa, apabila bangsa tersebut tidak terdidik secara baik dalam penguatan karakternya. Pendidikan memang harus dapat membangun karakter bangsa, sehingga tidak mudah tercabik cabik oleh arus budaya asing yang dapat merubah struktur tatanilai.
Globalisasi telah menyebabkan bangsa Indonesia mulai “kehilangan jatidiri” nya atau secara umum “kehilangan karakter bangsa”. Sehingga sangat mudah dipengaruhi dan diombang-ambingkan oleh paham-paham asing yang belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. Fenomena2 ini justru banyak berkembang di kalangan Intelektualitas perguruan tinggi. Hilangnya semangat Nasionalisme, juga semangat menghormati hak-hak kemanusiaan yang mulai luntur. Kita terima saja pendapat menarik dari Thomas Friedman (Friedman, 2006) tentang pembagian 3 tahap globalisasi sebagai berikut (6) :
Globalisasi pertama, sebagaimana dikemukakannya, berawal dari tahun 1492 (takala Columbus berlayar ke benua Amerika dan meyakinkan bahwa dunia adalah bulat) sampai tahun 1800. Globalisasi pertama ini adalah tentang kekuatan otot (muscle), wind power, horse power, dan steam power sebagai the key agent of change dan the power of integration.
Globalisasi kedua dari tahun 1800 sampai tahun 2000, di masa mana multinational corporations sebagai the key agent of change, dengan difusi telegram, telepon, PC, satelit, fiber-optic cable, World-Wide-Web yang membuat dunia menjadi flat (tidak lagi round).
Globalisasi ketiga yang diawali milenium baru tahun 2000 ke atas, bukan saja tentang bagaimana dunia telah shrinking, tetapi juga telah flattening serta bagaimana globalisasi ini telah empowering individuals dan businesses. Globalisasi ketiga ini berbeda dengan globalisasi pertama dan kedua yang penggeraknya adalah individuals dan businesses Amerika dan Eropa. Namun globalisasi ketiga digerakkan pula oleh individuals dan businesses yang non-Western dan non-White. (artinya bangsa Asia), dan disinilah karakter bangsa diuji kepatuhan dan kedisiplinannya.
KESIMPULAN dan RINGKASAN (6,7,8) :
1. Sangat penting memasukkan Pendidikan karakter dan dapat disisipkan atau diintegrasikan ke dalam setiap mata kuliah, khususnya bagi para mahasiswa. Namun demikian, berdasarkan pengalaman, kalau hanya sisipan, tidak ada kewajiban maka akan menjadi sangatlah rentan dan lamban, bahkan menjadi kegagalan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu perlu kebijakan sebagai gerakan nasional untuk mewajibkan para dosen mengimplementasikannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), khususnya Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK).
2. Terkait dengan pendidikan karakter bangsa ataupun pendidikan “budi pekerti” tersebut butir (1) sangatlah berbeda untuk mendidik siswa dibandingkan dengan mahasiswa. Apalagi untuk pendidikan dasar khususnya SD dan untuk PAUD, maka secara khusus justru perlu panduan yang dibuat oleh tim Ahli pendidikan, atau ikut campurnya pemerintah dalam mengatur hal tersebut sebagai mata ajaran tersendiri dalam kurikulum pendidikan dasar. Jangan hanya dirumuskan dalam kalimat “terintegrasi dalam kurikulum”. Dengan adanya dasar-dasar nilai yang jelas dan tertanamkan sejak dini, insyaAllah ke depan akan memperkuat dan mempercepat pembentukan insan kamil di negeri Indonesia. Apalagi di era global sudah ada pendidikan “kepribadian” ala Barat masuk negeri kita.
3. “FORUM PEMULIHAN JATIDIRI BANGSA” atau “PELESTARIAN KARAKTER BANGSA” dapat diselenggarakan melalui pendidikan dan pengajaran di lingkungan institusi pendidikan Indonesia disemua strata agar dapat diperoleh manfaat mengembalikan martabat bangsa.
ADS HERE !!!