Definisi Lupus
Lupus eritematosus sistemik atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit radang multisistem yang sebab pastinya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh. Sehingga antibodi tidak berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. SLE ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinis.
2.1.1 Analisis Host
Penyakit ini dominan diderita oleh wanita usia produktif sampai usia 50 tahun. Namun, ada juga pria yang mengalaminya. Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
2.1.2 Keadaan Fisiologis
Penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi lupus di berbagai negara sangat bervariasi. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda-beda. Dari berbagai sumber diadapatkan data antara lain :
a. Prevalensi penyakit lupus adalah 0,06 % dari populasi umum . ( Kirsch,et all)
b. Di Amerika Serikat, insiden penyakit lupus adalah 14.6 – 50.8 kasus/100.000 orang sedangkan prevalensinya 24- 100/100.000 orang. The Lupus Foundation of America ( LFA ) memperkirakan sekitar 1,5 juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit lupus dengan berbagai tipe terutama wanita. Orang Amerika keturunan Afrika, Hispanik, orang Amerika asli dan orang Asia memiliki resiko besar untuk menderita penyakit lupus.
c. Prevalensi penyakit lupus di Swedia adalah 36/100.000 orang
d. Di Inggris prevalensinya hampir sama dengan orang Asia 40/100.000
e. Di negara Eropa prevalensi lupus 20/100.000 orang
f. Penyakit lupus lebih sering menyerang pada usia 15 – 40 tahun tetapi semua umur bisa saja terkena, penyakit lupus lebih sering menyerang pada wanita daripada pria ( 9 : 1 ) sedangkan pada anak-anak meningkat 10 : 1.
g. Pada wanita Eropa umur 15 -24 tahun prevalensinya 1/700 orang wanita
h. Pada wanita Amerika-Afrika umur 15 – 24 tahun prevalensinya 1/245 orang wanita
i. Yang menarik perhatian adalah penyakit lupus jarang ditemukan di Afrika. Ada 2 kemungkinan penyebabanya yaitu :
- Faktor resiko lingkungan lebih banyak di Amerika Serikat dan Eropa dibandingkan di Afrika
- Campuran dari gen keturunan Afrika dengan orang Eropa menghasilkan gen-gen yang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lupus ini.
j. Terdapat juga tendensi familial. Faktor ekonomi dan geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit.
2.3 Analisis
2.3.1 Analisis Lingkungan
Sulit untuk membuktikan faktor lingkungan yang terlibat dalam lupus beberapa faktor yang sudah dikenal adalah :
a. Obat-obatan
Obat jantung ; procainamide dan hydralazine dapat memicu penyakit yang mirip dengan SLE. Walaupun banyak orang yang memakai obat ini tetapi tidak menderita penyakit SLE, keadaan ini belum dapat dijelaskan. Obat- obatan lainnya dapat dilihat pada lampiran 1. Penyakit penyakit SLE yang dipicu oleh obat biasanya akan sembuh jika obat dihentikan tetapi kadang-kadang perlu beberapa tahun untuk sembuh sempurna.
b. Radiasi ultraviolet
Cahaya matahari dapat memperburuk masalah kulit yang terjadi pada SLE
c. Hormon sex
Wanita lebih banyak menderita SLE daripada pria. Pada pria yang mempunyai kadar hormon sex wanita dalam tubuhnya (seperti pada sindrom klinefelter) dapat menderita penyakit SLE dibandingkan pria yang tidak menderita ini. Rasio wanita yang menderita SLE pada usia menarche dibandingkan usia menopause adalah 3:1.
d. Faktor diet
Alfalfa sprouts dan sprouting foods yang banyak mengandung L-canavantine, Pristane atau bahan yang sama serta diet tinggi lemak jenuh..
e. Faktor infeksi
DNA bakteri, human retrovirus, endotoksin dan lipopolisakarida bakteri
2.3.2 Analisis Situasi
Penyakit lupus belum begitu dikenal luas di masyarakat Indonesia dan sampai saat ini belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah meskipun diperkirakan jumlah penderita lupus ( odapus ) terus bertambah. Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun.
Keadaan tingginya angka penderita lupus sering kali diabaikan oleh Pemerintah. Padahal, meningkatnya penyakit lupus ini sebagian besar diakibatkan karena pemerintah kurang memberi informasi memadai tentang penyakit lupus sehingga masyarakat semakin banyak yang terkena penyakit lupus. Pemerintah lebih cenderung memberi informasi tentang penyakit-penyakit yang umum dan telah diketahui oleh masyarakat. Seperti : HIV/AIDS dll.
Letak strategis Negara Indonesia yang berada pada garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis memungkinkan seseorang terpapar matahari lebih lama daripada seseorang yang berada di negara subtropis. Sedangkan cahaya matahari bisa membuat keadaan seseorang yang terkena penyakit lupus bertambah buruk.
2.3.3 Analisis Audiens
Setelah ditetapkan bahwa sasaran objek kegiatan adalah mahasiswa Universitas Airlangga . Selanjutnya di utamakan mahasiswi Universitas Airlangga. Mahasiswi di Unair memiliki kebiasaan dan pengetahuan yang berbeda tentang penyakit Lupus. Namun pada umumnya mahasiswi masih awam dengan penyakit lupus . Padahal menurut referensi yang ada wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki. Untuk melakukan komunikasi kesehatan pada mahasiswi Universitas Airlangga yang memiliki jadwal kegiatan padat tentunya memerlukan cara dan bentuk penyuluhan kesehatan yang berbentuk fun education agar menjadi penarik minat mahasiswi mengikuti penyuluhan yang dilakukan. Dengan mempertimbangkan kondisi sosial mahasiswi yang beragam maka kami menggunakan film tentang penyakit lupus untuk melakukan penyuluhan kepada mahasiswi Universitas Airlangga.
2.3.4 Analisis Kebijakan dan Program
Kebijakan dari pemerintah yang menjadi dasar penanggulangan penyakit lupus belum ada sehingga program-program penanggulangan penyakit lupus pun juga sangat jarang ditemui di berbagai daerah. Hal ini bisa dikarenakan penyakit lupus itu sendiri sangat sulit untuk dikenali, bahkan dokterpun bisa melakukan kesalahan dalam mendiagnosa penyakit ini sebagai penyakit lain. Selain itu, program-program yang ada baik itu pencegahan maupun pengobatan dirasa belum mampu untuk menanggulangi penyakit ini karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat secara luas. Walaupun pemerintah terlihat tidak peduli terhadap penderita lupus, namun ada sebuah yayasan yang memperhatikan penderita lupus yakni Yayasan Lupus Indonesia