Anda pasti mengikuti, apa yang terjadi dengan PT. Qurnia Subur Alam Raya, yang banyak diberitakan dan diulas oleh media cetak beberapa minggu lalu. Perusahaan agrobisnis yang menawarkan investasi bagi hasil bagi para investornya dengan tingkat pengembalian yang diberikan sangat fantastis dalam situasi investasi di sektor lain sangat terbatas. Banyak investor terbuai oleh janji-janji keuntungan berlipat, tapi apa yang terjadi? Yang didapat hanyalah kerugian malah kehilangan modal investasi yang Anda tanamkan.
Masyarakat Indonesia seringkali mudah terbuai dengan berbagai janji tingkat pengembalian yang tinggi tanpa mempelajari bagaimana perusahaan atau investasi tersebut dapat memberikan keuntungan. Satu hal yang juga dilupakan oleh mereka para investor bahwa, sisi mata uang lainnya dalam berinvestasi adalah resiko. Karena hampir dipastikan bahwa tidak ada investasi yang memberikan keuntungan sangat fantastis tapi tidak memiliki resiko sama sekali. Oleh karenya, dalam artikel kali ini kami ingin berbagi pengetahuan berkenaan dengan prilaku atau psikologi keuangan individu dalam berinvestasi. Yang mana akan memberikan masukan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan sekarang dalam berinvestasi.
Bila Anda mengikuti perkembangan investasi atau penelitian berkenaan dengan investasi, ternyata prilaku keuangan sangat berperan dalam pengambilan keputusan seseorang mengenai investasi. Terkadang sikap atau keputusan itu mengakibatkan kerugian bagi investor. Sebetulnya, sebelum pengambilan keputusan keuangan, Anda akan sangat dipengaruhi oleh prilaku emosi atau pengetahuan Anda berkenaan dengan investasi. Dengan mengikut sertakan emosi dalam pengambilan keputusan keuangan yang Anda lakukan tanpa sadar terkadang malah mengakibatkan kerugian. Sehingga menurut hemat kami perlunya pengetahuan berkenaan dengan hal ini sehingga Anda dapat menelaah lebih dalam sebelum Anda terjerumus kedalam investasi yang salah atau harapan mendapatkan keuntungan yang ada hanyalah kerugian.
Dari beberapa buku mengenai keuangan ada kurang lebih 9 permasalah prilaku yang mempengaruhi Anda dalam pengambilan keputusan, yang biasanya diluar kesadaran Anda. dalam artikel kali ini kami akan berbagi beberapa prilaku sehingga dapat membantu Anda dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
Ketakutan (fear)
Dalam kaitannya dengan investasi rasa takut diartikan dengan tidak adanya rasa percaya terhadap pasar modal. Banyak orang merasa bahwa dengan berinvestasi di pasar modal mereka takau akan terjadi penurunan pasar yang sangat drastis yang mengakibatkan kerugian atau malah kehilangan dan yang dimiliki. Tapi Anda juga tau bahwa penurunan darstis yang terjadi di pasar modal pastinya dipengaruhi oleh sebab lain yang juga besar. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu dimana terjadi penurunan indeks yang sangat tajam selama periode Gus Dur dan setelahnya dari kisaran 700 sampai sekitar 400-an. Kemudian pasar bergerak kembali dan mencapai indeks 500-an walau terlihat keadaan ini belum stabil. Seperti halnya yang terjadi di Amerika sekarang ini dimana indeks Dow turun sangat drastis dari kisaran 10,000 sampai 11,000 menjadi hanya dikisaran 8,000 sampai 9,000. Tapi akankan pasar kembali normal dan memperlihatkan pertumbuhan yang kita semua inginkan. Jawabannya, bisa iya tapi bisa juga tidak. Tapi yang lebih mendasar bahwa setiap terjadi penurunan dalam pasar modal akan selalu dipengaruhi oleh kejadian lainnya.
Ketakutan individu yang lain untuk berinvestasi di pasar modal adalah tingginya tingkat volatilitasnya. Atau perubahan harga naik dan turun sangat besar dan cepat. Mungkin ini ada benarnya, tapi saya ingin berbagi pandangan dan pengetahun berkenaan dengan hal ini. Satu illustrasi, bagaimana Anda akan mengukur jarak dari rumah Anda ke kantor, apakah dalam mm atau dalam km? Bagi mereka yang melihat perubahan harga dari hari-kehari dana bulan kebulan mungkin akan berkesimpulan bahwa berinvestasi di pasar modal sangat riskan karena perubahan naik dan turunnya sangat besar dan cepat.
Dalam jangka pendek memang terlihat bahwa pasar sangat besar perubahan naik dan turunnya. Tapi bila ditarik jangka waktu investasinya maka akan terlihat bahwa pasar modal tidaklah beresiko seperti yang Anda bayangkan. Setiap investasi pastinya beresiko, demikian pula dengan berinvestasi di pasar modal, tapi dengan jangka waktu yang lebih panjang, pasar modal memberikan peluang untuk memberikan tingkat pengembalian yang cukup dengan resiko tetap terukur. Kebanyakan para pemain atau investor di pasar modal di Indonesia adalah pemain jangka pendek. Sehingga mereka sangat percaya bahwa pasar modal sangat tinggi volatilitasnya. Sekarang cobalah melihat dari jangka waktu yang lebih panjang, dan terus berinvestasi.
Keserakahan (Greed)
Keserakahan dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan yang terlalu tinggi terhadap pasar modal maupun sarana investasi lain dan hal ini sangat berbahaya terhadap kesehatan keuangan keluarga Anda sama halnya seperti ketakutan.
Investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal seringkali merasa sangat yakin dengan pilihan investasinya, sehingga mereka sering mengabaikan bahwa harga saham dari suatu saham juga mengalami penurunan. Bila Anda membeli saham dengan harga Rp.2,000 per-sahamnya, maka di harga berapa mereka akan menjualnya? Tentunya dengan keyakinan bahwa harga saham akan meningkat mereka mematok keuntungan untuk saham ini, misalnya mereka akan menjual di harga Rp.2,500 atau 25%. Paling tidak Anda mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari deposito. Karena Anda mengatakan bahwa tingkat resiko bermain saham lebih tinggi dari deposito. Memang itu ada benarnya, tapi bila ditanyakan pertanyaan selanjutnya yang berbunyi seperti ini, bagaimana bila harga turun, akankan kamu menjual diharga lebih murah dari Rp.2,000? Kami yakin tidak banyak investor yang akan menjualnya. Sepertinya mereka meluapkan bahwa harga saham mungkin malah sangat mungkin untuk mengalami penurunan.
Bila berinvestasi di saham banyak orang yang sangat yakin dan hanya terfokus pada tingkat pengembalian yang diharapkan dan melupakan resiko yang juga terkandung di dalamnya. Mungkin hal ini juga terjadi dengan para investor yang menanamkan uangnya di PT. QSAR dimana mereka hanya melihat satu sisi mata koin investasi dan terfokus dengan tingkat pengembalian yang fantastis dan melupakan bahwa sebenarnya bisnis agrobisnis juga mungkin mengalami kerugian, malah Bob Sadino mengatakan, berinvestasi di agrobisnis harus siap mengalami kerugian. Setelah semuanya menjadi bubur, uang investasi masyarakat yang jumlahnya tidak kurang dari Rp.500 milyar menguap, investor baru sibuk menanyakan uang investasinya. Menurut hemat kami, Anda sebagai individu harus sadar dan melihat kedua sisi mata uang investasi. Tingkat pengembalian tinggi pastinya diimbangi dengan tingkat resiko yang sesuai. Jangan mudah terbuai hanya dengan bujukan atau rayuan penjual tapi pelajari dan telaah terlebih dahulu, jangan mengambil keputusan hanya berdasarkan emosi Anda.
Penyesalan (Regret)
Satu hal lain yang menurut kami juga sangat berpengaruh adalah rasa penyesalan. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai harapan bahwa Anda tidak melakukan apa yang pernah Anda lakukan dalam berinvestasi. Seperti halnya, para investor di PT. QSAR. Esensinya, bahwa dengan kesalahan serta rasa penyesalan ini membuat Anda merasa bodoh. Oleh karenanya banyak orang mencoba untuk menghindari penyesalan. Penyesalan merupakan prilaku emosi yang sangat berpengaruh terhadap prilaku keuangan Anda.
Sebagai illustrasi, kami mencoba memberikan contoh apa yang dilakukan orang untuk menghindari penyesalan. Katakanlah bahwa Anda dan kakak Anda dalam situasi keuangan yang sama dan dalam prilaku investasi yang sama pula. Tiba-tiba, Orang tua Anda meninggal dan mewariskan Rp.100 juta dalam bentuk deposito untuk Anda dan Rp.100 juta dalam bentuk saham untuk kakak Anda. Anda dan kakak Anda tidak merasa nyaman dengan investasi ini, investasi dalam bentuk deposito terlalu konservatif untuk Anda dan bermain di saham terlalu beresiko untuk kakak Anda, apa yang menurut Anda akan dilakukan oleh kakak beradik ini? Kemungkinan terbesar adalah bahwa mereka tidak akan melakukan apa-apa dengan investasi tersebut.
Mengapa? karena disatu sisi Anda merasa apabila dipindahkan dalam investasi jenis lain dan ternyata mengalami kerugian, maka Anda akan merasa bahwa Anda salah dalam mengambil tindakan dan akan merasa penyesalan. Untuk menghindarinya mereka tidak melakukan apa-apa. Demikian pula dengan kakak Anda, dengan memindahkan investasi dari saham, kakak Anda takut pasar modal akan memberikan keuntungan besar didepan, yang nantinya membuat penyesalan. Dengan pemikiran untuk menghindari penyesalan kakak Anda juga tidak melakukan apa-apa dengan investasi dari warisan tersebut. Ini merupakan illustasi dan sangat mungkin terjadi.
Banyak investor yang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal untuk menghindari penyesalan. Banyak dari mereka yang mempertahankan saham yang menurun dari nilainya dengan tajam dengan harapan akan kembali naik dan mendapatkan kembali modalnya. Mereka beranggapan bahwa apabila mereka belum menjual saham tersebut, mereka merasa bahwa mereka belum merasa rugi. Dengan menjual saham tersebut sama saja dengan mengatakan bahwa mereka gagal dan kegagalan tersebut mengakitkan rasa penyesalan.
Tindakan dalam pengambilan keputusan berdasarkan emosi sangat riskan dan dapat mengakibatkan kerugian. Misalkan saja, Anda menginvestasikan Rp.10 juta dalam bentuk saham, dan saham tersebut mengalami penurunan drastis yang mengakibatkan penurunan nilai sampai 50% menjadi Rp.5 juta. Anda tidak akan menjualnya, dengan beranggapan bahwa dengan menjualnya Anda mengakui kesalahan Anda. dengan begitu Anda tetap mempertahankannya dan menunggu sampai saham tersebut kembali ke level harga sebelumnya.
Ada beberapa masalah dengan strategi ini:
1. Dengan investasi yang telah menjadi Rp5 juta dari sebelumnya Rp.10 juta, Anda mengharapkan untuk kembali ke nilai asal maka investasi tersebut harus memperoleh tingkat pengembalian 100% walau sebelumnya Anda hanya kehilangan 50% dari penurunan harga saham yang Anda miliki. Jadi dua kali lipat untuk bertumbuh daripada menurun.
2. Mungkin memang investasi itu mendapatkan 100% tapi itu pastinya membutuhkan waktu yang panjang. atau Anda dapat memilih invetasi lain dengan kemungkinan mendapatkan hasil yang sama akan lebih besar.
3. Dengan perasaan bahwa sebelum Anda menjualnya, Anda tidak merugi menjadi sangat membahayakan.
Contoh lainnya adalah bila Anda memiliki dana yang cukup besar, dan Anda beranggapan bahwa sebaiknya menginvestasikannya secara berkala-dollar cost averaging-tapi hal ini bukanlah investasi dollar cost averaging yang benar. Bila Anda memiliki dana yang besar dan menginvestasikan dengan mencicil dan merasa takut dimana pasar akan turun dengan drastis dan membuat Anda merugi. Untuk itu mungkin bsia dilakukan, tapi hal ii tidak akan membuat Anda menjadi kaya. hal ini dilakukan karena takut adanya penyesalan di kemudian hari.
Kami berharap dengan paparan ini, dan penjelasan beberapa prilaku keuangan yang dipengaruhi oleh emosi seperti diatas dapat membantu anda dalam mengenali prilaku tersebut sehingga dapat mengurangi pengambilan keputusan keuangan berdasarkan emosi semata dan mulai menghitungnya secara keuangan.
Semoga bermanfaat.