Seperti telah disampaiakan didepan, bahwa pemakaian kontrasepsi oral dapat menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan pemakainya, yang salah satunya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah, sebagai akibat toleransi glukosa darah yang menurun. Hal ini akan terlihat apabila dilakukan perbandingan tes toleransi glukosa pada pemakai kontrasepsi oral dan yang tidak memakai kontrasepsi oral. Kadar glukosa darah pemakai kontrasepsi oral akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak memakai (6, 13, 18).
Kontrasepsi oral yang hanya mengandung estrogen saja, tidak memiliki efek merugikan pada metabolisme glukosa, tetapi yang mengandung progesteron menunjukkan antagonisme dengan insulin. Formulasi kontrasepsi oral dengan progesteron dosis tinggi menunjukkan tes toleransi glukosa yang abnormal pada pemakainya, dengan tingkat insulin yang meningkat pada rata-rata pasien. Efeknya pada metabolisme karbohidrat, akan menurunkan toleransi glukosa. Progesteron juga dapat menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat dari sistem pencernaan makanan. Hal-hal tersebut diatas terkait dengan potensi androgenik dari progesteron, serta tingi-rendahnya dosis progesteron (6, 13, 18)
Komponen progestogen yang digunakan sebagai bahan kontrasepsi oral kombinasi, telah mengalami perubahan-perubahan sejak pertama kali ditemukan. Diakui bahwa struktur kimia itu dapat memberikan efek yang merugikan maupun yang menguntungkan. Pemikiran tersebut diatas menarik minat beberapa ahli untuk melakukan beberapa riset, yang hasilnya ternyata masih menunjukkan adanya beberapa perbedaan pendapat. Namun, sebagian besar dari hasil riset tersebut menyatakan bahwa, obat-obat kontrasepsi oral generasi baru sebagian besar tidak menunjukkan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat. Walaupun sebagian kecil ada gangguan, sifatnya hanya ringan saja, tidak sampai menunjukkan adanya kemaknaan secara klinis. Gejala klinis akan timbul apabila pemakai kontrasepsi oral tersebut sebelumnya telah memiliki faktor risiko yang mendasari (19, 28)
Di Amerika Serikat, data yang disampaikan oleh Third National Health and Nutrition Examination Survey, yang membandingkan efek samping berbagai macam kontrasepsi oral, menunjukkan bahwa (29):
Pemakai kontrasepsi oral pemula, tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah, HbA1c, insulin, atau Peptida-C.
Tidak ada hubungan antara umur pemakai, usia ketika pertama kali memakai kontrasepsi oral, dengan metabolisme karbohidrat
Penghentian kontrtasepsi oral tidak menyebabkan perubahan pada metabolisme karbohidrat.
Riset terbaru yang dilakukan oleh Berenson dan kawan-kawan pada tahun 2011, menunjukkan bahwa kontrasepsi oral yang mengandung desogestrel, suatu progesteron generasi ketiga, ternyata tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa maupun insulin pada pemakainya, dibandingkan dengan pamakaian kontrasepsi suntik yang mengandung DMPA, yang ternyata meningkatkan kadar glukosa dan insulin, walaupun hanya sedikit (10).
Klipping dan Marr melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) macam kontrasepsi oral yang masing-mnasing mengandung progesteron jenis terbaru, yaitu drospirenone dan desogestrel, terhadap metabolisme lipid, karbohidrat dan parameter hemostatik. Dari hasil Tes Toleransi Glukosa, ternyata tidak menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna, sehingga keua jenis progesteron tersebut disimpulkan aman untuk dipakai (30)
Lüdickea dan kawan-kawan melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) jenis kontrasepsi oral yang masing-masing mengandung gestodene atau desogestrel yang dikombinasikan dengan ethinilestradiol terhadap profil karbohidrat pemakainya. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar glukosa yang bermakna, namun tidak ditemukan peningkatan kadar insulin dan peptida-C. Tidak ada perbedaan antara pengaruh gestodene dan desogestrel terhadap metabolisme karbohidrat (12)
Penelitian yang dilakukan di Swedia pada pemakai kontrasepsi oral yang berusia antara 36 – 56 tahun menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral dengan timbulnya gejala prediabetes. Namun, hal tersebut tidak ditemukan pada pemakai yang memiliki risiko rendah terhadap penyakit kardivaskuler, memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) lebih rendah, aktif melakukan latihan fisik, serta tidak merokok. Dikemukakan pula bahwa risiko terhadap pemakaian kontrasepsi oral akan semakin menurun dengan semakin lamanya penggunaan kontrasepsi oral ini (31).
Di Asia juga dilakukan beberapa riset yang memantau pengaruh pemakaian kontrasepsi oral terhadap kadar glukosa darah. Di Thailand, Suwikroma dan Jaisamrarnb mengemukakan bahwa pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah yang diminum oleh wanita diatas usia 40 tahun, dapat meningkatkan toleransi glukosa dan menurunkan kadar glukosa darah puasa, sehingga aman untuk dipakai (32).
Riset yang dilakukan di China oleh Rosenthal dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral secara umum tidak akan meningkatkan risiko terjadinya diabates melitus. Risiko terjadinya diabates melitus akan meningkat pada saat awal-awal pemakaian saja, setelah pemakaian diteruskan malah menunjukkan penurunan risiko terjadinya diabates melitus (33).
Usaha-usaha yang dilakukan oleh para ahli untuk menurunkan efek yang tidak diinginkan pada pemakaian kontrasepsi oral, tidak hanya dengan cara menemukan jenis obat yang mutakhir saja, namun juga diusahakan merekayasa cara pemberian dan penurunan dosis sedemikian rupa sehingga aman dipakai. Rekayasa tersebut antara lain dengan mengubah dosis kontrasepsi oral monofasik menjadi bifasik atau trifasik. Skema administrasi ini memungkinkan penurunan dosis total progestin per siklus pemakaian, serta lebih dapat meniru siklus alami yang murni. Ini tidak berarti bahwa pil bifasik atau trifasik memiliki keuntungan yang berlebihan, karena masih memungkinkan timbulnya efek samping pada pemakainya, walaupun telah diminimalisir (19, 20, 34)
KESIMPULAN EFEK KONTRASEPSI ORAL TERHADAP KADAR GLUKOSA
Sejak diperkenalkan pada tahun 1960, pil kontrasepsi kombinasi telah menjadi salah satu metode yang paling banyak dan sering digunakan di seluruh dunia. Meskipun sangat efektif, formulasi kontrasepsi oral berhubungan dengan efek samping yang signifikan.
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan melalui riset dalam tolerabilitas dan keamanan telah dicapai, tanpa mengurangi efektivitasnya, terutama melalui pengurangan dosis hormon dan pengembangan beberapa macam progestin baru. Kontrasepsi oral kombinasi multifasik juga telah diperkenalkan, walaupun keuntungan klinis dari formulasi tersebut belum berani dinyatakan sepenuhnya aman.
Penelitian yang serius dan kontinyu perlu terus dilakukan, untuk menjamin para pemakai kontrasepsi oral, bahwa sediaan kontrasepsi oral yang beredar telah dirancang untuk meningkatkan kebutuhan tolerabilitas dan keamanan yang selama ini belum terpenuhi, untuk menuju kepada tersedianya kontrasepsi yang aman dan efektif, untuk dipakai oleh generasi mendatang.