a.
Empati
Yaitu suatu sikap, respon dan tindakan
dimana pustakawan dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh pemakai. Pemakai datang ke perpustakaan tentunya
bermaksud mencari buku yang dibutuhkan, maka semaksimalnya apa yang dibutuhkan
pemakai dapat terpenuhi. Ada kalanya
pemakai datang untuk sekedar mencari kenyamanan dan ketenangan, maka pustakawan
mencoba mengkondisikan apa yang dirasakan oleh pemakai.
b.
Daya Tanggap (Responsiveness)
Salah satu ciri seorang profesional adalah
memiliki daya tanggap yang cepat atau responsif. Pemakai akan sangat terkenang dengan respon
cepat dari pustakawan atas kebutuhan yang dihadapinya.
c.
Jaminan (Assurance)
Yang
termasuk jaminan antara lain kemampuan, kesopanan, sifat yang dapat
dipercaya oleh pustakawan, sehingga pemakai akan merasa nyaman dalam
memanfaatkan layanan perpustakaan.
2.
Keandalan (Reliability)
Kemampuan pustakawan untuk memberikan
layanan sesuai yang dijanjikan dengan akurat, cepat dan memuaskan. Misalnya untuk satu kali transaksi peminjaman
bila standar waktunya 30 detik/transaksi, maka maksimal waktu 30 detik itu yang
harus diberikan kepada pemakai.
Perpustakaan memiliki standar operasional dalam setiap jenis layanan,
misalnya pengolahan buku dari sejak buku datang sampai siap dipinjam oleh
pemakai memerlukan waktu berapa hari.
Standar tersebut dikomunikasikan kepada pemakai.
3.
Kemudahan Pemakaian
a.
Jenis Layanan
Pemakai akan lebih menyukai perpustakaan yang
menggunakan sistem layanan terbuka.
Pemakai secara psikologis lebih senang bila tahu betul keberadaan bahan
pustaka yang diinginkan. Pada sistem
layanan tertutup, kecurigaan pemakai kepada pustakawan untuk bersikap adil
dalam melayani pemakai selalu ada. Sistem layanan terbuka lebih memungkinkan
interaksi yang lebih mendalam antara pustakawan dan pemakai.
b.
Kemudahan pemanfaatan
Kemudahan menggunakan seluruh fasilitas
perpustakaan dengan membuat aturan yang mudah dipahami, jelas dan tidak
birokratis. Peraturan yang terkesan
diada-adakan dan semboyan bila-bisa dipersulit mengapa dipermudah harus
dijauhkan.
c.
Tata letak
Tata letak di sini lebih difokuskan kepada
penempatan perabotan dan perlengkapan agar pemakai mudah menggunakan koleksi
perpustakaan. Perabotan yang ergonomis
sangat membantu kenyaman pemakai.
4.
Kelengkapan Koleksi
Kelengkapan koleksi merupakan salah satu
faktor utama pendorong masyarakat berkunjung dan memanfaatkan layanan
perpustakaan. Survey di empat
perpustakaan universitas terkemuka di Australia menunjukkan dari 40 item
harapan terhadap layanan perpustakaan, koleksi yang sesuai dengan kebutuhan
pemakai menempati urutan ketiga. Peran
bagian pengembangan koleksi sangat penting untuk memajukan perpustakaan.
5.
Perpustakaan sebagai tempat
a.
Kenyamanan
Sebagian besar orang kalau ditanya
mengenai perpustakaan, maka jawabannya biasanya tempat menyimpan buku. Posisioning
perpustakaan sebagai tempat buku atau gudang buku masih kuat tertancap dibenak
pikiran masyarakat. Lebih ironis lagi
gedung perpustakaan dipersepsikan kotor, tua, berdebu dan statis. Fasilitas dan kegunaan perpustakaan yang lain
menjadi tidak berarti. Pendapat seperti
di atas harus segera diluruskan.
Tempat yang nyaman, teduh, bersih dan
membuat betah merupakan prioritas sebuah perpustakaan. Gedung perpustakaan juga harus lebih dinamis
dalam merespon aktifitas pegawai dalam melayani pemakai, maupun kebutuhan tambahan
pemakai. Ruangan dan aktifitas tambahan
di luar kegiatan utama kepustakawanan tersebut, antara lain: ada ruang untuk
diskusi kecil maupun seminar, aula yang besar, jika perlu terdapat ruang pamer
benda seni atau fotografi.
b.
Papan petunjuk
Denah dimana perpustakaan berada, penting
diberikan. Petunjuk arah ditempatkan di lokasi
yang strategis sehingga pemakai mudah menemukannya. Denah di dalam gedung juga
perlu diperhatikan, apalagi biasanya gedung perpustakaan memiliki banyak
lantai. Kemudahan pemakai mendapatkan yang dibutuhkan sangat membantu kenyaman
pemakai.
c.
Pengaturan ruangan
Ruangan yang tertata baik dan fungsional
akan memudahkan pegawai maupun pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya.
Pengaturan ruangan yang baik sangat mempengaruhi tingkat intensitas kunjungan
pemakai. Penggunaan konsultan disain interior maupun eksterior dalam derajat
tertentu jauh lebih efektif dan efisien.
A.
Layanan
Prima
Sebagai seorang yang hidup dari usaha
jasa, pustakawan dituntut untuk dapat melakukan pelayanan prima bagi
pemakainya. Layanan prima (service excellence) tersebut diharapkan mampu
memuaskan kebutuhan pemakai secara proporsional. Terdapat empat unsur utama
dalam konsep pelayanan prima, yaitu: kecepatan, ketepatan, keramahan dan
kenyamanan. Keempatnya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, artinya
keempatnya harus ada, tidak boleh ada yang tertinggal jika ingin disebut
layanan prima.
Pengakuan layanan prima dari pemakai akan
menimbulkan manfaat ganda bagi semua pihak, yaitu pustakawan, pemakai maupun
lembaga perpustakaan atau lembaga yang menaunginya. Semua pihak merasa
diuntungkan dan menguntungkan. Kesadaran untuk saling memberikan yang terbaik,
menghargai antar pribadi/lembaga dan bekerja sama perlu selalu dipupuk. Sasaran
dan manfaat pelayanan prima dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Sasaran Layanan Prima
|
Manfaat Layanan Prima
|
Untuk
Pemakai
|
Untuk Pustakawan
|
Institusi Perpustakaan
|
Memuaskan Pemakai
|
Kebutuhan terpenuhi
|
Lebih percaya diri
|
Mengesankan
profesionalitas (corporate image) baik
|
Meningkatkan
loyalitas pemakai
|
Merasa dimanusiakan, di- hargai dan men-
dapat pelayanan yang baik
|
Ada kepuasan pribadi bisa mem- bantu dan
ber- manfaat bagi orang lain
|
Kelangsungan hidup terjamin
|
Meningkatkan jumlah pengun-jung dan
kualitas layanan
|
Timbulnya keper-cayaan dari pemakai
|
Ketenangan, lebih profesional, ada
pengakuan dari pihak luar dalam bekerja
|
Mendorong pihak-pihak yang berkaitan
dengan perpustakaan lebih percaya, meningkatkan hubungan dan donasi/ anggaran
yang diberikan
|
Meningkatkan nilai perpusta-kaan
|
Bangga
sebagai anggota perpus-takaan
yang prestisius
|
Menambah sema-ngat bekerja,
me-ningkatkan profe-sionalisme dan karir
|
Menaikkan posisi tawar perpustakaan,
lebih di-hargai dan sebagai per-contohan bagi unit/ lembaga yang lain
|
Gambar 4.
Sasaran dan manfaat layanan prima dimodifikasi dari Fandy Tjiptono (2004)
Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit
Andi