PENATALAKSANAAN PADA DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHIC
PAIN (DPNP)
Herni Suprapti
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
Abstrak
Penyebab diabetic peripheral neuropathic pain
(DPNP) masih belum diketahui, dan nyeri yang dirasakan dapat sangat hebat
sehingga mengganggu aktivitas. DPNP tidak dapat disembuhkan, tetapi untuk memperbaiki kualitas hidup,
perlu diberikan terapi untuk mengontrol nyeri, yaitu dengan memberikan obat
topikal, obat oral, serta tindakan non-farmakologi lain (akupunktur dan transcutaneous nerve stimulation).
Diabetic
peripheral neuropathic pain (DPNP) mengenai sekitar 10% sampai 20% dari 20 juta
penduduk Amerika yang menderita diabetes mellitus (DM) (1,2).
MANAGEMENT ON DIABETIC
PERIPHERAL NEUROPATHIC PAIN (DPNP)
Herni Suprapti
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract
The cause of diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) is still unknown,
and the pain can be so intense that it interferes with the activity. DPNP can
not be cured, but to improve the quality of life, should be given therapy to
control pain, by providing topical medications, oral medications, as well as
non-pharmacological action of other (acupuncture and transcutaneous nerve
stimulation).
Diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) of about 10% to 20% of the 20
million Americans who suffer from diabetes mellitus (DM) (1.2).
Etiologi
Seperti berbagai jenis nyeri
neuropatik lainnya, penyebab DPNP tidak diketahui. Walaupun DPNP berhubungan
dengan perubahan patologis saraf perifer, masih belum jelas mengapa hanya pada
pasien-pasien tertentu terjadi peripheral
neuropathy sedangkan pasien lain tidak. Perbedaan ini menimbulkan perhatian
lebih banyak terhadap peran otak dan seluruh sistem saraf pusat (SSP) pada
timbulnya rasa nyeri (3).
Perbaikan kontrol
glukosa dapat menurunkan risiko terjadinya diabetic peripheral neuropathy,
tetapi masih belum jelas apakah juga menurunkan insidens DPNP (4).
Diagnosis
Gejala DPNP pada umumnya berupa
rasa terbakar atau electric shock
sensation dan biasanya lokasinya pada kaki atau tungkai bawah, walaupun
tangan juga bisa terkena (5). Pasien juga mengalami allodynia, yaitu stimulus
yang dalam keadaan normal tidak menyebabkan nyeri tetapi pada pasien ini dapat
menimbulkan rasa nyeri, atau hyperalgesia, yaitu peningkatan respons terhadap
stimulus nyeri. Walaupun pasien merasa nyeri, mereka juga merasa kebas pada
daerah-daerah tersebut.
Pasien dengan nyeri
tungkai bawah terasa nyeri saat berjalan, tetapi DPNP juga sering timbul dan
memburuk pada malam hari. Hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur. Insomnia
berhubungan dengan hasil glucose-tolerance-test
yang abnormal dan mencetuskan DM (6).
Evaluasi
DPNP adalah diagnosis terbanyak
pada pasien dengan DM yang kaki atau tungkainya terasa nyeri. Lakukan
pemeriksaan 2 JPP pada pasien yang merasa nyeri seperti ini, tetapi belum pernah
diperiksa untuk DM (7). Penyebab lain nyeri perifer adalah nyeri karena
defisiensi vitamin B12, claudication dan osteoarthritis. Penyakit-penyakit ini
dapat dibedakan dengan DPNP dengan beberapa pemeriksaan (8).
Pada penelitian
neurologis, seperti nerve conduction
velocity dan quantitative sensory
test, biasanya menunjukkan penurunan fungsi saraf perifer pada pasien DPNP.
Tetapi didapatkan hubungan yang minimal antara hasil uji-uji ini dengan
timbulnya dan keparahan DPNP; jadi, mereka hanya terbatas pada membantu membuat
diagnosis. Uji ini tidak dilakukan rutin pada pasien yang telah didiagnosis
DPNP.
Terapi
Ada beberapa pedoman terapi nyeri
neuropatik secara umum atau spesifik pada DPNP (5, 9-11). Pedoman ini
menunjukkan terapi mana yang paling efektif. Terapi yang direkomendasi
berdasarkan pedoman pada Tabel 1. Hanya ada 2 obat yang telah mendapat
persetujuan US Food and Drug
Administration (FDA) –untuk terapi DPNP, yaitu: pregabalin dan duloxetine.
Walaupun sejumlah
obat yang disebutkan disini adalah merupakan antidepresan atau antikonvulsan
karena mereka tidak mempunyai efek analgesik, berkurangnya rasa nyeri terbukti
tidak berhubungan dengan efek-efek ini. Pertimbangkan juga pemberian analgesik
primer yang setara dengan opioid.
Analgesik
Topikal
Bila nyeri relatif
ter-lokalisasi, terapi mulai dengan lidocaine patch 5%. Walaupun indikasi
menurut FDA hanya untuk terapi post-herpetic
neuralgia, tetapi obat ini juga efektif untuk DPNP (12). Jelaskan pada
pasien, bahwa obat ini berupa obat topikal yang efeknya lokal dan, sangat
jarang menyebabkan efek samping sistemik atau berinteraksi dengan obat lainnya.
Hal ini baik sekali untuk pasien-pasien diabetes, dengan kondisi co-morbid.
Lidocaine patch
direkomendasi untuk nyeri ter-lokalisasi karena hanya 3 buah patch untuk sekali
pakai. Patch dapat digunakan selama 12 jam lalu dilepas. Efek analgesia
berlangsung terus selama 12 jam setelah dilepas; biasanya pasien memakai pada
sore hari lalu paginya dilepas.
Patch ini juga
merupakan barrier fisik antara lingkungan luar dengan daerah nyeri. Hal ini
baik untuk pasien DPNP dengan allodynia atau hyperalgesia, dimana adanya
stimulus eksternal dapat mengeksaserbasi nyeri. Jelaskan pada pasien bahwa
lidocaine patch hanya ditempelkan di kulit yang intak; jangan ditempelkan pada
ulkus yang nyeri, yang sering terjadi pada pasien diabetes.
Analgesik
topikal lainnya yang sering digunakan untuk DPNP adalah capsaicin. Yang sering
digunakan sebelum ada lidocaine patch,
tetapi lidocaine patch lebih efektif. Banyak juga pasien DPNP yang tidak
men-toleransi rasa panas akibat capsaicin (yang terbuat dari chili pepper), terutama bila ada
allodynia (13).
Tabel 1. Penatalaksanaan DPNP
- Bila
nyeri ter-lokalisasi, berikan lidocaine patch 5%.
- Bila
nyeri menyebar atau bila pemberian lidocaine patch 5% tidak mempan, beri
TCA bila tidak ada kontraindikasi.
- Bila
penggunaan TCA merupakan kontraindikasi atau bila disertai dengan efek
samping yang tidak dapat ditoleransi, berikan SNRI (duloxetine atau
venlafaxine) atau antikonvulsan (pregabalin atau gabapentin).
•
Bila
pasien mempunyai co-morbid depresi, beri SNRI.
•
Bila
efek analgesik TCA tidak cukup, beri antikonvulsan.
•
Bila
salah satu obat tersebut tidak efektif, coba obat lainnya.
- Bila
diperlukan efek analgesik yang cukup, beri analgesik opioid (oxycodone
atau tramadol).
- Acupuncture
dan TENS dapat digunakan bila obat-obat tersebut di atas tidak cukup
meredakan nyeri atau tidak dapat diberikan karena pasien intoleransi.
TCA = tricyclic antidepressant;
SNRI = serotonin norepinephrine reuptake inhibitor; TENS = transcutaneous
electrical nerve stimulation
Dikutip dari Boulton AJ, et al.
Diabetes Care 2005; Finnerup NB, et al. Pain 2005; Argoff CE, et al. Mayo Clin
Proc 200610; Dworkin RH, et al. Arch Neural 2003. (11)