Penggunaan prinsip-prinsip pemasaran sudah merupakan keharusan untuk diterapkan di organisasi nirlaba seperti perpustakaan. Kotler (1997:13) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Dalam pendekatan pemasaran di perpustakaan beberapa hal yang menjadi pertanyaan utama antara lain: Siapa pemakai utama perpustakaan? Apa yang pemakai inginkan dari layanan perpustakaan? Apa yang dapat dilakukan perpustakaan agar keinginan pemakai terpenuhi? Dan dengan cara apa perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pemakai?
Sejumlah pertanyaan tersebut merupakan dasar bagi perpustakaan dalam menjalankan aktivitasnya. Tuntutan perubahan dan dinamika perilaku pemakai sangat memerlukan pendekatan pemasaran agar organisasi mampu bertahan. Untuk itu seluruh pegawai di lingkungan perpustakaan dimana pun level dan bidang tugasnya wajib memahami dan menjalankannya.
Studi Mengenai Kualitas Jasa Di Perpustakaan
Ilmu perpustakaan dan aktivitas operasional sehari-hari selalu berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Ada dua disiplin ilmu yang sangat berpengaruh pada kegiatan operasional perpustakaan, pertama teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology) yang berkaitan dengan kegiatan operasional perpustakaan sehari-hari seperti digitalisasi koleksi, sistem layanan dan e-library. Disiplin ilmu yang kedua adalah manajemen, khususnya manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran lebih berkaitan dengan sumber daya manusia seperti peningkatan kompetensi, interaksi antar individu dan atau lembaga, kepuasan kerja, kepuasan pemakai, kualitas layanan dan sebagainya.
Beberapa studi dan penelitian mengenai pemasaran yang memfokuskan tentang tingkat kepuasan pemakai dan kualitas layanan perpustakaan telah dilakukan dan diterapkan di banyak perpustakaan negara maju seperti di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.
1. Di Amerika Serikat
Dipelopori oleh American Library Association (ALA) banyak menyelenggarakan seminar dan publikasi tentang fungsi pemasaran untuk perpustakaan. Pada tahun 1876 ALA mengadakan satu konferensi di mana salah satu pembicaranya Samuel Sweet Green, mengambil topik pengembangan hubungan personal antara pustakawan dan pembaca. Pada konferensi lain di tahun 1896, Lutie Stearns membahas pentingnya periklanan di perpustakaan. Setelah itu banyak sekali seminar tentang pengembangan perpustakaan dengan mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran.
The Association of Research Libraries (ARL) yang berdiri tahun 1932 lebih banyak memfokuskan pada penelitian ilmiah di bidang perpustakaan. Konferensi, workshop dan kursus mengenai pemasaran khususnya peningkatan mutu banyak dilakukan. Pelatihan yang cukup fenomenal antara lain penggunaan metode service quality (SERVQUAL) yang dikembangkan tahun 1980an oleh A. Parasuraman, L.L. Naerry dan V.A. Zeithaml untuk perpustakaan. Metode ini di perpustakaan dinamakan dengan Library Quality (LIQUAL).
Perpustakaan Universitas Harvard menerapkan metode Total Quality Manajemen (TQM) sejak awal tahun 1980. Sebelum penerapan di perpustakaan metode ini telah diterapkan di lingkungan universitas. Studi mengenai manajemen pemasaran juga banyak dilakukan. Setelah diimplementasikan di perpustakaan, metode TQM mampu memberi manfaat ganda bagi semua pihak yang terkait dengan perpustakaan.
2. Di Eropa
International Federation of Library Association and Institution (IFLA) memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan prinsip-prinsip pemasaran di perpustakaan terutama di kawasan Benua Eropa. Greta Renbog (1997) dalam satu artikelnya menulis bahwa Andrean Schack Steenberg, seorang pustakawan Denmark, setelah menamatkan belajar di Amerika Serikat pada tahun 1903 mempelopori istilah ”tugas lanjutan (extention work)” untuk perpustakaan. Menurut Harrod’s The Librarians ”extention work” didefinisikan sebagai:
”activities which are undertaken with the object of reaching group of people who might otherwise be unaware of the library”.
Aktifitas lanjutan yang dimaksud tersebut banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi pada manajemen pemasaran, yang antara lain berupa kegiatan periklanan, hubungan masyarakat dan publikasi. Tahun 1963 IFLA memelopori adanya konferensi tentang pengembangan perpustakaan terutama berkaitan dengan hubungan masyarakat.
ADS HERE !!!