Perhitungan rasio untuk mengetahui kinerja keuangan Bank meliputi rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Perhitungan rasio tersebut didasarkan pada laporan keuangan masing-masing bank per 31 Desember 2004 sampai dengan 31 Desember 2006.
Perhitungan rasio rentabilitas bertujuan mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva yang dimiliki Bank sehingga dapat mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh Bank yang bersangkutan (lihat lampiran 1, 2, 3 dan 4).
Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menempatkan dananya dengan menarik kembali kredit yang telah diberikan kepada debiturnya. Hasil perhitungannya terdapat pada lampiran 5 dan 6.
Uji Beda Bank Devisa dan Bank Non Devisa
Hasil perhitungan uji beda ROA, ROE, LDR maupun CAR Bank Devisa dapat kita lihat pada table 1, 2, 3 dan 4 berikut.
Pada tabel 1 nilai t hitung untuk ROA 2005 dengan 2006 adalah sebesar -0,971 yang berarti lebih besar dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,331 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain ROA bank devisa tahun 2005 tidak berbeda signifikan dengan ROA tahun 2006.
Sedangkan untuk ROA 2004 dengan 2005 dimana t hitungnya adalah sebesar -2,448 lebih kecil dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,014 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 ditolak dan HA diterima, atau dengan kata lain ROA bank devisa tahun 2004 berbeda signifikan dengan ROA tahun 2005.
Kinerja tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 menunjukkan bahwa kinerja bank devisa mengalami peningkatan, dimana proporsi kenaikan laba bank devisa lebih besar dari proporsi kenaikan aktivanya. Hal ini dimungkinkan apabila pengelolaan aset yang dimilikinya optimal, sehingga menghasilkan laba yang maksimal.
Pada tabel 2 nilai t hitung untuk ROE 2005 dengan 2006 adalah sebesar -1,130 yang berarti lebih besar dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,259 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain ROE bank devisa tahun 2005 tidak berbeda dengan ROE tahun 2006.
Sedangkan untuk ROE 2004 dengan 2005 dimana t hitungnya adalah sebesar -3,281 lebih kecil dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 ditolak dan HA diterima, atau dengan kata lain ROE bank devisa tahun 2004 berbeda signifikan dengan ROE tahun 2005.
Seperti halnya ROA, kinerja berdasarkan ROE antara tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 juga menunjukkan kinerja bank devisa yang optimal sehingga dapat memaksimalkan pengelolaan modal yang dimilikinya.
Tabel 3. Uji Beda LDR Bank Devisa
Pada tabel 3 nilai t hitung untuk LDR 2005 dengan 2006 adalah sebesar -2,972 yang berarti lebih kecil dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,003 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 ditolak dan HA diterima, atau dengan kata lain LDR bank devisa tahun 2005 berbeda signifikan dengan LDR tahun 2006.
Begitu juga dengan LDR 2004 dengan 2005 dimana hitungnya adalah sebesar -2,252 yang berarti lebih kecil dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,024 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 ditolak dan HA diterima, atau dengan kata lain LDR bank devisa tahun 2004 berbeda signifikan dengan LDR tahun 2005.
Merujuk dari perbandingan ROA dan ROE bank devisa untuk tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, peningkatan kinerja bank devisa diimbangi dengan peningkatan dana yang diterimanya (deposit), sehingga LDR dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kinerja yang bagus meningkatkan tingkat kepercayaan nasabahnya untuk menanamkan dananya di bank. Akan tetapi banyaknya dana yang tertanam tanpa diimbangi dengan jumlah pengucuran kredit, menyebabkan akan semakin menumpuknya asset yang dimiliki.
Pada tabel 4 nilai t hitung untuk CAR 2005 dengan 2006 adalah sebesar -1,308 yang berarti lebih besar dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,191 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain CAR bank devisa tahun 2005 tidak berbeda signifikan dengan CAR tahun 2006.
Begitu juga untuk CAR 2004 dengan 2005 dimana t hitungnya adalah sebesar -1,142 lebih besar dari t tabel sebesar -1,699 dan nilai signifikansinya 0,254 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga H0 diterima dan HA ditolak, atau dengan kata lain CAR bank devisa tahun 2004 tidak berbeda signifikan dengan CAR tahun 2005.
Apabila kita merujuk tidak adanya perbedaan antara CAR 2004 sampai dengan tahun 2006, maka dapat dikatakan bahwa penumpukkan aset bank cenderung bukan dalam aset operasional mereka akan tetapi lebih kepada penambahan aktiva tetapnya. Penambahan aktiva tetap menyebabkan porsi tambahan aset operasional berkurang, sehingga bank tidak dapat mengoptimalkan kinerjanya.