A. Pengantar
Salah satu dari lima kompetensi kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah adalah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasahnya. Untuk meningkatkan kompetensi inovasi Kepala sekolah/madrasahnya, maka Kepala sekolah/madrasah hendaknya mengetahui dan mampu menerapkan konsep inovasi dalam mengembangkan sekolah/madrasah. Esensi kewirausahaan adalah kreativitas dan inovasi (Overton, 2002). Oleh sebab itu, Kepala sekolah/madrasah dituntut memiliki sifat kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya.
B. Materi Pokok
1. Definisi Inovasi
Kreativitas dan inovasi merupakan dimensi-dimensi penting kewirausahaan. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Sedang inovasi adalah penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya (Drucker, 1985). Contoh: hasil inovasi adalah kantin jujur, pembelajaran anti korupsi, pembelajaran PAIKEM, manajemen sekolah/madrasah bersertifikasi ISO, unit produksi sekolah/madrasah sebagai tempat praktik siswa untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, dan lain-lain.
2. Tujuan Kepala Sekolah Memiliki Kompetensi Inovasi
Kepala sekolah/madrasah perlu memiliki kompetensi inovasi agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selalu memikirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya melalui perbaikan, pengembangan, pengayaan, pemodifikasian, dsb. Dalam rangka untuk memajukan dan mengembangkan sekolah/madrasahnya.
3. Ciri-ciri Seorang Inovator
Seorang inovator memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) mengerjakan tugas dengan cara yang tidak konvensional;
(2) menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak liniear;
(3) lebih tertarik pada hasil dari pada proses;
(4) tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutin;
(5) kurang senang pada kesepakatan; dan
(1) kurang sensitif terhadap orang lain (Kirton, 1976);
4. Cara Melakukan Inovasi
Cara melakukan inovasi dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) anda harus ke luar dari kawasan yang membuat anda nyaman (comfort zone);
(2) jangan berpikir dengan cara yang sudah terbiasa ada/dilakukan;
(3) bergerak lebih cepat dibanding orang lain (pesaing) agar tidak didahului orang lain;
(4) dengarkan ide stakeholders sekolah/madrasah;
(5) bertanyalah kepada warga sekolah/madrasah dan stakeholders apa yang perlu diubah di sekolah/madrasah ini secara berkala;
(6) dorong diri sendiri dan orang lain untuk cepat bergerak tetapi selamat;
(7) berharap untuk menang, dan memiliki kesehatan dan kekuatan; dan
(8) rekreasi secukupnya untuk mendapatkan ide-ide baru (Anonim 3, 2005).
C. Contoh Kasus
Yohanes Surya menemukan cara-cara pembelajaran fisika yang inovatif sehingga menghasilkan juara olimpiade fisika tingkat dunia. Penemu jarimatika menemukan pembelajaran matematika di SD. Phytagoras menemukan rumus Phytagoras dalam matematika.Sekolah/madrasah. Di Tidore memanfaatkan gelombang laut dan alam sekitar sebagai laboratorium praktik siswa,dan koleksi pohon langka di SMA Ambarawa sebagai sarana observasi siswa dan guru.
D. Latihan
Diskusikan kasus berikut untuk siswa-siswa SD! Selesaikan kasus dengan pendekatan kewirausahaan!. Buat powerpointnya! Sajikan di depan kelompok lainya untuk mendapat komentar-komentar dan saran-saran sebagai masukan.
Kasus untuk Kepala SD
James Shieh, usahawan Singapura menyatakan bahwa sejak kecil pikiran anak-anak Singapura sudah diisi dengan pemahaman tentang kewirausahaan (entrepreneurship). Anak-anak diberitahu bahwa hidup mereka berarti dan beradab kalau bisa berjualan. Dari 10 pintu rezeki, delapan ada di berjualan. Anak-anak kecil itu diajari memahami cara menaikkan nilai suatu barang. Mereka diajak memahami bahwa Singapura negara kecil dan untuk bisa bertahan (survive), mereka harus kreatif, inovatif, kerja keras, dan pantang menyerah.
James Shieh mencontohkan, anak-anak kecil diajarkan bagaimana mengkreasi nilai benda. Satu pepaya, hanya akan dihargai satu buah pepaya kalau dijual begitu saja. Tetapi ketika pepaya itu dikreasikan menjadi jus, atau dijus atau dijus dan ditambah buah lain sehingga menambah kenikmatannya, maka nilai jual buah pepaya itu sudah menjadi lain. Begitu pula dengan durian yang bisa dikreasikan dengan amat banyak varian produk. “Ini baru contoh kecil tentang buah.”
Anak-anak kecil juga diajarkan bahwa mereparasi barang yang rusak tentu baik. Akan tetapi akan jauh lebih hebat kalau barang yang direparasi itu diberi nilai tambah sehingga nilainya menjadi berlipat-lipat. Tidak sampai di sini, anak-anak itu diajarkan pula untuk memahami bahwa merusak jauh lebih gampang daripada membuat. Sebaliknya, tutur James, anak-anak dibawa ke lokasi pembuangan sampah. Di situ ditunjukkan betapa banyaknya benda yang masih bisa digunakan tetapi sudah dibuang. Anak-anak diminta mencari sampah yang masih bisa digunakan bahkan dikreasikan.
Seorang guru besar sastra di Singapura yang ditemui terpisah, Prof Tan Tan Sen menambahkan, dalam konteks kewirausahaan dibutuhkan pikiran-pikiran sangat kreatif. “Untuk melatih kreasi, dan inovasi, pikiran harus jernih, sebab Anda butuh pengalaman, misalnya bagaimana membuat barang rongsokan menjadi sangat bernilai?”
Apa yang diuraikan di atas sudah sering kita dengar. Hanya saja, sebagian di antara kita belum membuka mata, hati dan pikiran untuk menerima pemahaman tentang kreasi dan inovasi itu bagi siswa SD kita. Sebagian orang tua/wali murid yang kaya raya melarang anaknya bekerja hanya demi sebuah gengsi. Bagaimana caranya agar anak-anak SD kita kreatif, inovatif, mau bekerja keras, dan pantang menyerah?
Kasus untuk Kepala SMP
Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Selesaikan kasus dengan pendekatan kewirausahaan! Buat powerpointnya! Sajikan di depan kelompok lainya untuk mendapat komentar-komentar dan saran-saran sebagai masukan.
Dalam rangka menerapkan konsep pendidikan karakter, akhir-akhir ini beberapa sekolah termasuk SMP mendirikan Kantin Kejujuran. Kantin Kejujuran sengaja dikelola oleh siswa-siswa SMP untuk memberikan pengalaman berwirausaha dan melatih pembeli menerapkan kejujuran. Jadi, Kantin Kejujuran punya dua misi yaitu melatih kejujuran dan kewirausahaan. Siswa yang membeli mengambil barang dan makanan/minuman sendiri, menghitung sendiri, dan membayar sendiri pada kotak yang telah disediakan. Mula-mula Kantin Kejujuran berjalan dengan baik. Namun, lama kelamaan kantin tersebut ditutup karena bangkrut. Siswa, guru, orang tua/wali murid, komite sekolah, dan juga kepala sekolah saling menyalahkan.
Kasus untuk Kepala SMA
Diskusikan kasus berikut 10 menit! Selesaikan kasus berikut dengan pendekatan kewirausahaan! Buat powerpointnya! Sajikan di depan kelompok lainya untuk mendapat komentar-komentar dan saran-saran sebagai masukan.
Pengusaha dari Amerika Serikat, Schramm setelah diterjemahkan ke bhs Indonesianya menyatakan, ”Kita tidak bisa melatih seseorang untuk memiliki karisma. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kepribadian senang dengan tantangan serta berani mengambil risiko dan inovatif dan gigih mewujudkan impiannya.” Yang bisa dilakukan, lanjut Schramm, adalah melatih atau mendidik seseorang yang memiliki bekal ide dan semangat atau bahkan sudah memulai usahanya sedikit demi sedikit untuk membuat rencana atau strategi usaha. Tujuannya, untuk mengurangi risiko kegagalan usahanya dan memastikan keberhasilan usaha. Jika memiliki rencana atau strategi usaha yang jelas, dipastikan usahanya pun akan berhasil. SMA-SMA apalagi SMK-SMK akan sangat berguna dalam hal itu. Tidak hanya itu. Para wirausaha yang sukses juga bisa berbagi ilmu dengan siswa di SMA-SMA dan SMK-SMK.
”Jadi, belum tentu semua orang bisa menjadi entrepreneur karena masih lebih banyak orang yang boro-boro memikirkan inovasi usaha, memikirkan mau makan apa hari ini saja sudah susah,” kata Schramm.
Menjadi seorang wirausaha yang sukses pun, kata Schramm, tidak perlu harus memulai usaha sejak usia muda. Selama ini banyak beredar anggapan keliru bahwa jika ingin sukses, seseorang harus memulai usaha sejak usia 19 atau 21 tahun. Jika tidak, tidak akan pernah berhasil menjadi wirausaha. ”Nyatanya, banyak orang yang memulai usaha justru ketika sudah pensiun,” ujarnya.
Schramm juga mengatakan, kewirausahaan harus dilakukan, bukan sekadar diajarkan. Pendidikan kewirausahaan memang perlu diperkenalkan di sekolah- sekolah untuk menginformasikan kepada siswa bahwa kewirausahaan itu penting dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Schramm menambahkan, kewirausahaan juga untuk membentuk adanya keinginan di dalam diri seseorang untuk bekerja sendiri, bukan bekerja kepada orang lain. Mampu memanfaatkan peluang dan berani mengambil risiko. Sebab, negara memang butuh meningkatkan jumlah perusahaan-perusahaan baru guna mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaan bagi siswa SMA kita adalah mengapa siswa kita cenderung berbudaya santai? Konsumtif? Ingin serba instant? Sebagian punya motto, “Bersenang-senang dahulu, bersenang-senang kemudian.” Ada pula yang punya motto, “Muda jaya, tua kaya, mati masuk surga.” Dapatkah semua itu diwujudkan tanpa memiliki jiwa kewirausahaan?
Kasus untuk Kepala SMK
Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Selesaikan kasus dengan pendekatan kewirausahaan! Buat powerpointnya! Sajikan di depan kelompok lainya untuk mendapat komentar-komentar dan saran-saran sebagai masukan!
Pendidikan kewirausahaan di Tanah Air perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bahkan, melalui pendidikan kewirausahaan tersebut pemerintah harus ikut campur tangan menciptakan wirausaha. Langkah ini mendesak dilakukan karena saat ini terdapat sekitar 12 juta lulusan sarjana S-1 yang menganggur.
”Jika yang 12 juta ini dibantu pemerintah untuk bisa menjadi wirausaha, pasti akan dahsyat dampaknya,” ujar CEO Garuda Food Group Sudhamek AWS dalam diskusi terbatas Forum Mangunwijaya VI tentang ”Pendidikan Kewirausahaan II”, yang diselenggarakan harian Kompas bekerja sama dengan Dinamika Edukasi Dasar dan Keuskupan Agung Semarang, Sabtu (18/12) di Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah.
Menurut Sudhamek, kewirausahaan dapat dipelajari melalui sistem manajemen strategi. Ada empat kompetensi yang perlu dimiliki wirausaha, yakni pengetahuan tentang proses produksi, jaringan usaha, dukungan finansial, dan kemampuan manajemen.
Kewirausahaan hendaknya diberikan sejak dini dengan cara melihat dunia nyata di luar ruang kelas, seperti melihat proses produksi di pabrik, bengkel, bank, atau sentra kerajinan. Siswa SMK juga perlu diajarkan tentang ketidakpastian dan risiko bisnis dalam dunia usaha. Naluri kewirausahaan harus dibangun sejak dini dari keluarga. Sayangnya, hingga kini masih banyak orangtua yang ingin agar anaknya bekerja kantoran. Sementara itu, Darmono (nama samara) mengatakan bahwa dirinya yang masih siswa SMK lebih banyak belajar dari dunia praktisi bisnis karena banyak teori kewirausahaan yang diajarkan di SMK ternyata tidak sinkron dengan kenyataan di lapangan. Selama ini, pendidikan kewirausahaan di SMK atau di mana pun sering lebih banyak diajarkan secara teoritis oleh guru/dosen/pelatih yang tidak memiliki pengalaman praktis berwirausaha.
Zaman telah berubah, untuk mengikuti dan mengantisipasi perubahan SMK dituntut melakukan inovasi-inovasi dalam mengembangkan ipteks di SMK-nya. Bila tidak, kompetensi lulusan SMK akan ketinggalan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Stakeholders SMK akan meninggalkan SMK Anda dan mencari SMK lain yang lebih inovatif.
E. Rangkuman
Inovasi adalah mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi berbeda atau tampil beda (lebih baik). Inovasi bagi Kepala sekolah/madrasah adalah untuk mengembangkan sekolah/madrasahnya agar lebih inovatif (lebih baik). Setidaknya ada enam ciri seorang inovator dan ada delapan cara untuk melakukan inovasi.