Efek Samping
Efek
samping yang paling ditakuti pada pemakaian pil kontrasepsi adalah timbulnya
penyakit pada sistem kardiovaskuler, terutama pada pemakai pil yang berumur
lebih dari 35 tahun dan perokok (7, 8). Pemakaian pil kontrasepsi juga akan
meningkatkan risiko terkena penyakit-penyakit tromboemboli, penyakit jantung
iskemik, penyakit serebrovaskuler, serta hipertensi (14, 18).
Risiko yang lain adalah timbulnya
tumor-tumor ginekologik, yaitu tumor mammae dan serviks uteri, serta timbulnya
tumor-tumor ditempat lain, seperti tumor pada hati, melanoma dan tumor pada
kelenjar hipofisa (14, 18)
Selain memungkinkan timbul efek
samping yang berat, pada pemakai kontrasepsi oral juga bisa timbul efek samping
yang lebih ringan, yang disebabkan oleh komponen-komponen dalam pil tersebut.
Dari komponen estrogen, akan memberikan efek samping ringan berupa rasa mual,
retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan keputihan. Sedangkan
komponen progesteron akan menyebabkan efek samping ringan berupa perdarahan
yang tidak teratur, bertambahnya berat badan, payudara mengecil, keputihan,
jerawat dan kebotakan (15, 16, 18)
Disamping
itu, masih banyak efek samping yang lain, yang timbul pada pemakai pil
kontrasepsi, seperti misalnya adanya gangguan penglihatan, gangguan metabolisme
lemak, ganguan metabolisme karbohidrat, gangguan pada sistem pembekuan darah,
serta gangguan metabolisme protein (6, 16, 18)
GLUKOSA
DARAH
Kadar
glukosa darah normal berkisar antara 65
- 110 mg/dl, atau 3.6 – 6.1 mmol/l.. Pada keadaan posabsorbsi,
konsentrasinya berkisar antara 4.5 – 5.5 mmol/l. Setelah makan yang mengandung
tinggi karbohidrat, akan naik menjadi 6.5 – 7.2 mmol/l. Saat puasa, kadar
glukosa darah turun hingga 3.3 – 3.9 mmol/l (24).
Seseorang
akan didiagnosa menderita diabetes melitus apabila (25, 26, 27) :
1.
Gejala klasik berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, ditambah gula
darah sewaktu > 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan
terakhir. Atau:
2.
Kadar
gula darah puasa > 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3.
Kadar
gula darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) > 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan
Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa
anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Penurunan kadar glukosa darah yang sangat mendadak
seperti misalnya pada kelebihan dosis insulin,
dapat menyebabkan kejang. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya
kadar glukosa di otak (24).
ADS HERE !!!