Sejarah Pil Kontrasepsi
Perkembangan penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan diawali ketika pada tahun 1940 Sturgis dan Albright menjelaskan tentang efek hambatan ovulasi pada wanita yang mengkonsumsi preparat estrogen. Selanjutnya, dengan adanya perkembangan penemuan preparat progesteron oral yang kuat, maka kemungkinan untuk menghambat ovulasi secara konsisten dan membuat suatu periode menstruasi yang baru, telah menjadi kenyataan (4).
Penggunaan preparat progesteron untuk menghambat ovulasi ini pertama kali dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia. Preparat yang digunakan adalah derivat dari 19-nortestosterone, yang diberikan selama 20 (dua puluh) hari, dimulai dari hari ke 5 (lima) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (dua puluh lima) dalam satu siklus menstruasi (13).
Secara intensif, penelitian tentang penggunaan pil kombinasi dilakukan dibawah pimpinan Pincus dan Rock yang melakukan percobaan lapangan di Puerto Rico. Pil tersebut mengandung progestin norethynodrel dan estrogen mestranol, ternyata pil tersebut memiliki daya yang sangat tinggi untuk mencegah kehamilan. Ini permulaan terciptanya pil kombinasi. (13, 14). Pil yang terdiri dari kombinasi antara etinilestradiol atau mestranol dengan salah satu jenis progestagen (progesteron sintetik) kini banyak digunakan untuk kontrasepsi (14).
Kemudian, sebagai hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini pill, morning after pill, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan (4, 14)
Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan penelitian lebih lanjut untuk menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek samping yang sekecil mungkin (14).
Jenis Pil Kontrasepsi
Pada dasarnya sampai saat ini telah diketahui adanya beberapa jenis pil kontrasepsi sebagai berikut:
1. Pil Kombinasi.
Pil ini mengandung estrogen dan progesteron, diminum 1 tablet setiap hari, dan harus dimulai pada hari ke 5 (lima) saat menstruasi, dan diminum selama 20 (dua puluh) atau 21 (dua puluh satu) hari. Dengan memakai pil kombinasi maka pengeluaran LH (Luteinizing Hormone) akan dihambat, sehingga ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, motilitas tuba Fallopii dan uterus juga ditinggkatkan, sehingga fertilisasi akan sulit terjadi. Efek yang lain terhadap traktus urogenitalis adalah modifikasi pematangan endometrium sehingga implantasi menjadi sukar, dan terjadi pula pengentalan dari lendir serviks uteri sehingga pergerakan sel sperma menjadi terhalang (4, 14, 15)
2. Pil Kontrasepsi 2 Fase
Pil ini terdiri dari 21 tablet, yang kesemuanya mengandung ethinyl-estradiol 35 Ug, tetapi 10 tablet pertama mengandung progesteron 0.5 mg, dan 11 tablet berikutnya mengandung progesteron sebesar 1 mg. Model pil ini lebih mendekati siklus menstruasi yang normal, sehingga dapat lebih menurunkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Khasiat pil ini untuk mencegah kehamilan tetap sama dengan pil lain yang mengandung jumlah estrogen yang sama (6, 13).
3. Pil Kontrasepsi Oral 3 Fase.
Dalam pil kontrasepsi 3 fase, kadar estrogen dan progesteron bervariasi sedemikian rupa, sehingga mirip sekali dengan keadaan alamiah dalam tubuh penggunanya. Kadar hormon-hormon tersebut dalam pil adalah sebagai berikut:
- 6 tablet berisi ethynilestradiol 30 Ug dan levonorgestrel 50 Ug
- 5 tablet berisi ethynilestradiol 40 Ug dan levonorgestrel 75 Ug
- 10 tablet berisi ethynilestradiol 30 Ug dan levonorgestrel 125 Ug
Pil kontrasepsi jenis ini memiliki efek samping yang paling minimal apabila dibanding dengan jenis yang lain, tetapi efek untuk mencegah kehamilan tetap sebanding (6, 13).
4. Pil Pasca Sanggama (post coital pill/morning after pill)
Pil ini hanya mengandung estrogen saja, namun dalam dosis yang besar. Cara mengkonsumsi pil ini adalah diberikan selama 5 (lima) hari berturut-turut, dan harus mulai deiberikan paling lama 72 (tujuh puluh dua) jam setelah sanggama. Cara kerja pil ini adalah dengan menghambat terjadinya implantasi/penempelan blastokist kedalam endometrium (4, 6, 13, 14).
5. Pil Berurutan (sequential pill)
Dosis pil ini merupakan campuran antara pil estrogen dan pil kombinasi. Estrogen diberikan selama 15 hari pertama, selanjutnya diikuti dengan pemberian pil kombinasi estrogen dan progesteron selama 5 hari berikutnya. Khasiat pil ini sebagian besar tergantung pada komponen estrogennya yang bekerja menghambat LHRH (Lutein Hormone Releasing Hormone), sehingga FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) tidak dikeluarkan. Akibatnya, proses ovulasi akan menjadi terhambat (6, 14).
6. Mini Pil
Pil jenis ini merupakan pil tunggal yang hanya mengandung progesteron saja, dan diberikan setiap hari. Cara kerja pil ini ialah dengan meningkatkan kekentalan lerdir serviks uteri sehingga sperma menjadi sulit untuk bergerak. Pil ini juga menyebabkan adanya perubahan pada endometrium, sehingga implantasi dapat dihambat (14, 16).
7. Pil Kontrasepsi Untuk Pria
Saat ini telah ditemukan suatu bahan yang disebut Gosypol, yang ternyata memiliki efek spermatisida (membunuh sel sperma), baik pada pemakaian lokal maupun sistemik. Lebih lanjut, penggunaan obat ini masih dalam penelitian para ahli, baik tentang farmakologinya maupun tentang toksikologinya (17).