Batu buli-bull Pada anak-anak. Tanda dan gejala berupa rasa nyeri sekali pada waktu miksi, anak menangis keras, mengejan, pada anak laki-laki menarik penisnya sambil berlari ke sana ke maxi karena menahan sakit. Kadang-kadang disertai prolaps ani. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder, pemberian antispasmodik, dilakukan ketok batu dengan jalan mengosongkan kandung kemih, kemudian masukkan bongie ke dalam kandung kemih, bila hasilnya positif berarti ada batu. Tindakan operatif opositif vesiko liotkotomi (sectio alto).
Tindak lanjut opeasi batu buli-buli dilakukan 3 bulan untuk mencegah terbentuknya batu kembali.
Batu kandung kemih pada orang dewasa. Tanda dan gejala biasa disebut sebagai trias batu kandung kemih (buli-buli), yaitu hematuria, disuria, dan urine keruh (pancaran urine terganggu dan menjadi lancar kembali, bila dilakukan perubahan posisi). Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan foto BNO/IVP dan analisis urine. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antispasmodik, dan analgetik.
Batu uretra
Batu uretra biasanya adalah batu yang berasal dari ginjal atau kandung kemih. Pasien yang mengalami gangguan ini menunjukkan gejala sulit miksi. sewaktu miksi terasa sakit, urine keluar sedikit-sedikit (menetes). Kandung kemih penuh berisi urine. Pemeriksaan diagnostik dengan memasukkan kateter ke dalam uretra, bila terasa ada tekanan kemungkinan uretra ter
sumbat batu.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pelarut batu. Lakukan kateterisasi atau pungsi kandung kemih untuk mengeluarkan urine, kalau perlu dilakukan operasi. Akan balk bila dilakukan penanganan Betas cepat dan tepat, ukuran batu masih kecil dan pungsi kandung kemih masih baik. Pasien dianjurkan untuk banyak minum. 2-3 liter per hari. Olahraga terutama kegiatar. melompat-lompat agar bate yang masih kecil dapat ikut keluar bersama urine. Bila batu keluar, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis batunya Pasien diberi diet rendah protein, agar tidak terbentuk batu kembali.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
• Trauma traktus urinarius
Trauma traktus urinarius terjadi karena adanya benturan yang mengenai
traktus urinarius. Trauma traktus urinarius dapat mengenai ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.
Gangguan atau penyakit ginjal meliputi karbunkel ginjal, tuberkulosis ginjal, glomerulonefritis (akut, kronik), nefrotik sindrom, hindronefrosis, gagal ginjal (akut, kronik).
PROSES KEPERAWATAN: PASIEN GANGGUAN SISTITIS
• Pengkajian
Geiala subjektif:
» Pasien mengeluh sexing miksi dan bertanya tentang penyakitnya
Pada waktu miksi terasa sakit
• Kadang-kadang urine keluar bercampur darah
» Terasa nyeri pada daerah suprapubik dan perineal
Geiala objektif:
Pasien Bering miksi
Terdapat hematuri
Pasien meringis kesakitan sewaktu miksi (disuria)
Hasil pemeriksaan IVP dan sistoskopi menunjukkan adanya kelainan
• Diagnosa keperawatan
Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan peradangan dan infeksi kandnug kemih.
Perubaban pola eliminasi urinarius yang berhubungan dengan proses peradangan.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya.
• Perencanaan dan implementasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Merecirkan nyeri clan ketidaknyamanan. Nyeri dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan infeksi saluran perkemihan cepat hilang bila
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
dilakukan terapi antibiotik. Agens antispasmodik mungkin bermanfaat dalam meredakan kepekaan kandung kemih dan nyeri. Aspirin, kompres papas pada perineum, dap rendam duduk pangs membantu menghilangkan ketidaknyamanan dap spasme.
2. Meredakan frekuensi, dorongan, dap hesitansi dalam berkemih. Pasien dianjurkan untuk banyak minum secara bebas (air adalah pilihan terbaik) untuk meningkatkan aliran darah ginjal dap membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih (mis. kopi, teh, cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sexing berkemih (setiap 2-3 jam) untuk mengosonkan kandung kemih secara seksama, karena ini bermanfaat dalam menurunkan jumlah bakteri urine, mengurangi stasis urine, dap mencegah infeksi ulang.
3. Pendidikan pasien. Perempuan yang mengalami infeksi urinarius ber
ulang harus mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
a. Kurangi konsentrasi patogen pada liang vagina dengan tindakan higienik.
» Mandi guyur daripada mandi rendam, karena bakteri di bak mandi banyak yang memasuki uretra.
» Bersihkan sekitar perineum dap meatus uretra setelah setiap defekasi (dengan gerakan dari depan ke belakang)
b. Minum cairan dengan jumlah bebas selama sehari untuk membilas bakteri, mengeluarkan kopi, teh, cola, clan alkohol.
c. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam selama sehari dap pengosongan kandung kemih komplet. Tindakan ini mencegah distensi kandung kemih dap menurunkan suplai darah ke dinding kandung kemih, yang mempredisposisikan pasien pada ISK.
d. Bila hubungan seksual menimbulkan kejadian bakteriuria: Berkemih dengan segera setelah hubungan seksual.
Gunakan dosis tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan seksual.
e. Bila bakteri terus tampak dalam urine, terapi antimikroba jangka panjang mungkin diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral dap kambuhan infeksi. Obat harus digunakan setelah pengosongan kandung kemih sebelum pergi tidur untuk menjamin konsentrasi obat adekuat selama periode malam hari.
1. Mengalami peredaan nyeri:
a. Melaporkan tidak ada nyeri, dorongan, disuria, atau hesitansi pada saat berkemih.
b. Menggunakan analgesik dap agens antimikroba sesuai ketentuan. c. Minum 8 sampai 10 gela cairan setiap hari. d. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam. e. Urine jernih dap bebar bau.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dap peng
obatan.
3. Bebas dari komplikasi:
a. Melaporkan tidak ada infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah,
keletihan, pruritus).
b. Mempunyai kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur darah
dap urine negatif.
c. Menunjukkan tanda vital dap suhu normal; tidak ada tanda sepsis. d. Mempertahankan haluaran urine adekuat (>30 ml/jam).
PROSES KEPERAWATAN:
PASIEN GANGGUAN BATU GINJAL
• Pengkajian
Pasien dengan kecurigaan bate ginjal dikaji untuk nyeri dap ketidaknyamanan. Berat dap lokasi nyeri ditentukan bersamaan dengan penyebaran nyeri. Pasien juga dikaji untuk adanya gejala yang berkaitan, seperti meal, muntah, diare, dap distensi abdomen. Pengkajian keperawatan meliputi mengobservasi tanda infeksi traktus urinarius (menggigil, demam; disuria, Bering berkemih, dap hesitansi) dap obstruksi (Bering berkemih dengan jumlah sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urine dilihat terhadap adanya darah dan pecahan batu.
Riwayat difokuskan pada faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada bate traktus urinarius. Faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada pembentukan batu dapat meliputi riwayat keluarga tentang batu, adanya kanker atau gangguan sumsum tulang, atau penggunakan agens kemoterapi, Penyakit inflamasi usus, atau diet tinggi kalsium atau purin. Faktor-faktor
;• Evaluasi
HASIL YANG DIHARAPKAN
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
yang dapat mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang telah meng
alami batu ginjal meliputi episode dehidrasi, imobilisasi dalam waktu lama, dan infeksi. Pengetahuan pasien tentang batu ginjal dan tindakan pencegahan kejadian atau kekambuhannya juga dikaji.
• Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan bate ginjal meliputi:
Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, obstruksi, dan abrasi traktus
urinarius
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan batu ginjal
:• Perencanaan dan implementasi INTERVENSI KEPERAWATAN
I . Meredakan nyeri. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik ureteral atau renal diatasi dengan analgesik narkotik. Pemberian intravena dan intramuskular dapat diresepkan untuk memberikan peredaan cepat. Pasien dianjurkan dan dibantu untuk memilih posisi yang nyaman. Bila aktivitas menimbulkan peredaan nyeri, pasien dibantu untuk ambulasi. Nyeri pasien dipantau dengan ketat, dan peningkatan kehebatannya dilaporkan dengan segera pada dokter sehingga peredaan dapat diberikan dan tindakan tambahan dilakukan.
2. Pendidikan pasien. Karma tidak diketahuai apakah batu urinarius terhadap setelah pertama kali batu tersebut terbentuk, pasien dianjurkan untuk mengikuti program untuk menghindari pembentukan bate lebih lanjut. Salah sate pencegahannya adalah mempertahankan masukan cairan ban yak, karena batu terbentuk dalam urine pekat. Pasien yang cenderung membentuk batu harus minum cairan cukup untuk mengeluarkan 3000 sampai 4000 ml urine setiap 24 jam. harus mentaati diet yang ditentukan, dan harus menghindari peningkatan suhu lingkungan tiba-tiba, yang dapat menyebabkan penurunan volume urine. Pekerjaan dan aktivitas yang menimbulkan berkeringat hebat dapat menimbulkan dehidrasi hebat: karenannya masukan cairan harus ditingkatkan. Cairan yang cukup harus diminum pada sore hari untuk mencegah urine menjadi terlalu pekat pada malam hari. Kultur urine dilakukan setiap 1 sampai 2 bulan pada tahun pertama dan kemudian secara periodik.
1. Mengalami peredaan nyeri
2. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan.
a. Mengkonsumsi masukan cairan tinggi (10-12 gelas cairan per hari) b. Melakukan aktivitas yang tepat.
c. Mengkonsumsi diet yang ditentukan untuk mengurangi faktor-faktor
diet yang mencetuskan pembentukan batu.
d. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan pada pemberi pe
rawatan kesehatan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria). e. Pantau pH urinarius sesuai petunjuk.
f. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai petunjuk untuk me
ngurangi pembentukan batu.
3. Tidak ada komplikasi.
a. Tidak menunjukkan sepsis dan infeksi.
b. Berkemih 200 sampai 400 ml urine jernih tanpa sel darah merah
setiap berkemih.
c. Melaporkan tidak ada disuria, sering berkemih, dan hesitansi. d. Tidak menunjukkan suhu tubuh normal.
ADS HERE !!!