Wucheria brancofti (Filariasis/elephantiasis)
Cacing ini menyebabkan penyakit disebut “Elephantiasis”, karena pembengkakan yang luar biasa pada bagian tubuh manusia (terutama kaki). Penyakit ini juga disebut “filariasis” yang menyerang orang daerah Afrika Tengah, delta sungai Nile, Turki, India, Asia Tenggara, India Timur, Kepulauan Oceania, Australia dan Amerika Selatan. Filariasis menyebabkan gangguan fisiologi yang besar pada tentara Amerika yang bertugas di Pasifik pada Perang Dunia ke II. Cacing berukuran panjang 40 mm dan diameter 100 mm pada cacing jantan; cacing betina panjang 6-10 cm dan diameter 300 mm.
Daur hidup
Cacing betina bersifat ovovivipar dan mengeluarkan ribuan mikrofilaria disekitar cairan limfe. Mikrofilaria kemudian bergerak kedalam jaringan, tetapi kebanyakan terikut aliran darah melalui duktus thoracalis. Secara periodik mikrofilaria berada dalam sistem darah perifer dan kemudian menghilang dari lokasi tersebut. Jumlah paling besar ditemukan mikrofilaria dalam darah perifer adalah pada malam hari jam 10 sampai jam 2 pagi. Pada waktu itulah nyamuk menghisap darah penderita sehingga banyak mikrofilaria terbawa oleh nyamuk tersebut. Di dalam saluran pencernaan nyamuk selama 2-6 jam, kemudian menembus dinding lambung menuju menuju otot bagian dada nyamuk dan mengalami moulting, 2 hari kemudian mengalami fase ke 2 dan berada berbagai organ. Kemudian berkembang menjadi bentuk filaria (filariform), filaria muda dengan ukuran 1,4-2 mm dan merupakan bentuk infektif ini bergerak melalui aliran darah nyamuk menuju labium atau proboscis dan akan mengeluarkan filaria pada waktu nyamuk menggigit kulit manusia dan mencapai pembuluh darah limfe akan menjadi dewasa.
Hospes intermedier
Nyamuk dalam genus: - Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia. Nyamuk tersebut pada umumnya menghisap darah pada waktu malam hari.
Patologi
Pathogenesis dari filariasis sangat bergantung pada reaksi radang dan respon imun dan hal tersebut juga bergantung pada respon terhadap cacing dewasa terutama cacing betina. Ada 3 fase gejala klinis yaitu:
- fase inkubasi
- fase akut atau fase inflamatory (pembengkakan)
- Fase obstruksi atau fase komplikasi yang disebabkan oleh lympoedema kronik.
Fase inkubasi adalah fase antara waktu infeksi sampai terlihatnya mikrofilaria dalam darah. Fase tersebut biasanya tidak terlihat gejala tetapi akan terlihat pembengkakan pada kelenjar limfe yang disertai demam ringan.
Fase akut inflamasi kemudian terlihat waktu cacing betina mencapai kedewasaan dan mulai mengeluarkan mikrofilaria. Pembengkakan kelenjar limfe terjadi pada separo bagian bawah tubuh disertai demam dan toksemia. Kelenjar limfe yang terkena akan membengkak dan sakit. Gejala yang sering dijumpai adalah “inguinal limfadenitis” (pembengkakan kelenjar limfe daerah inguinal), “orchitis” (pembengkakan scrotum disertai rasa sakit), “hydrocele” (cairan limfe masuk kedalam tunica vaginalis testis), “epdedymitis”(pembengkakan epidedymis). Kondisi tersebut disebut dengan elephantiasis, dimana penderita akan mengalami demam sampai mencapai suhu 40oC dalam selang waktu beberapa jam sampai hari. Perubahan pada tingkat histologi akan terlihat proliferasi sel pada daerah limfatik dengan adanya infiltrasi sel leukosit seperti polymorfonuklear dan eosinofil disekitar limfatik dan vena. Sel radang yang paling banyak dijumpai adalah limposit, sel plasma dan eosinofil. Terbentuk abces mengelilingi cacing yang yang mati yang diikuti infeksi sekunder oleh bakteri. Mikrofilaria akan menghilang dari sirkulasi darah perifer selama atau setelah fase akut.
Fase obstruksi ini sangat nyata ditandai dengan varices pada scrotum, hydrokel dan elephantiasis. Varices limfe adalah “varicose” saluran limfe, dimana cairan limfe tidak dapat mengalir kembali karena terbendung oleh cacing sehingga saluran tersebut membesar/melebar, menyebabkan “chyluria” (cairan limfe dalam urine) yang merupakan gejala khas pada penyakit filariasis. “chyle” tersebut menyebabkan uruine berwarna keputihan seperti susu, dan kadang ada warna kemerahan karena darah juga sering dijumpai. Pada kondisi obstruksi kronis daerah yang menderita akan terisi oleh jaringan ikat atau jaringan parut (scar), setelah pembengkakan selesai. Tetapi kadang cacing yang mati diselimuti oleh jaringan keras (mengalami kalsifikasi).
Bilamana terjadi infeksi berulang pada fase akut inflamasi ini, maka proses elephantiasis ini kembali terjadi. Hal ini disebut “limfadenitis kronis”, banyak jaringan ikat terbentuk sehingga kulit mengalami penelbalan. Pada pria organ yang mengalami elephantiasis adalah scrotum, kaki dan tangan. Pada wanita pada kaki dan tangan, sedangkan pada vulva dan payudara kadang menderita. Organ yang mengalami elephantoid biasanya terdiri jaringan ikat, jaringan granulomatif dan lemak. Kulit menjadi menebal dan pecah-pecah, infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur dapat terjadi. Mikrofilaria pada daerah tersebut tidak ditemukan.
Diagnosis
Dengan menemukan mikrofilaria dalam darah adalah disgnosis yang tepat. Dengan menggunakan ulas darah tebal dilakukan pada saat cacing muda berada dalam darah perifer. Dengan radiasi sinar x, dapat melihat cacing yang mati mengalami kalsifikasi. Filariasis perlu diwaspadai bila penderita menunjukkan gejala setelah 3 bulan baru datang di daerah endemik.
Pengobatan
- diethylcarbamazin
- Metronidazole
Pada kaki yang membengkak dapat dilakukan pembalutan yang ketat untuk menekan cairan limnfe keluar dari daerah yang membesar. Hal tersebut secara perlahan dapat mengecilkan pembesaran daerah tersebut hingga mendekati normal, tetapi bila sudah terbentuk jaringan ikat (kronis), susah dapat kembali normal. Dengan jalan operasi pengambilan jaringan elephantoid dapat dilaksanakan.
Pencegahan utama ialah menghindari gigitan nyamuk didalam daerah endemik. Penggunaan repelant, obat nyamuk dan sebagainya harus dilakukan bila orang datang ke daerah endemik.
Parasit yang mirip
Brugia malayi, dilaporkan mirip dengan W. brancofti, baik gejala yang ditimbulkan maupun daur hidupnya. Parasit ini menyerang orang daerah India, Indonesia, Asia Tenggara, Filipina dan Srilangka. Ukuran cacing hanya separo dari W. bracofti.