Strongyloides stercoralis Adalah merupakan salah satu cacing nematoda yang terkecil yang sering menginfeksi orang dan hewan, seperti anjing, kucing dan ruminansia. Cacing S. papillosus menginfeksi hewan domba, S. ransoni, pada babi dan S. ratti Pada tikus. Cacing betina panjangnya 2,0-2,5 mm, dan yangt jantan sekitar 0,7 mm.
Daur hidup
Cacing betina menancapkan bagian depan tubuhnya (anterior end) didalam mukosa usus halus dan sampai kedalam sub mukosa. Cacing dewasa tersebut juga kadang dijumpai dala sistem saluran nafas, kantong empedu dan dalam pankreas. Cacing betina memproduksi telur yang telah berembrio dan dikeluarkan dalam submukosa atau lumen usus. Telur berukuran 50-58 um x 30-34 um. Telur tersebut menetas didalam submukosa atau waktu masuk kedalam lumen usus, dan cacing muda berada dalam lumen usus kemudian dikeluarkan melalui feses. Cacing muda bentuk filaria akan menginfeksi hospes melalui pori kulit atau tertelan masuk slauran pencernaan. Cacing muda yang masuk melalui kulit akan terbawa aliran darah menuju paru dan masuk kedalam alveoli, bergerak ke trachea yang kemudian menjadi dewasa dan bertelur didalam usus halus. Sedangkan yang masuk melalui mulut, akan langsung menjadi dewasa didalam usus halus. Cacing dewasa juga dapat hidup diluar hospes (free living adults), yaitu didalam tanah dan bertelur yang kemudian menetas dan menjadi cacing muda yang infektif dan dapat menginfeksi hospes. Tetapi bila tidak menginfeksi, cacing juga dapat tumbuh menjadi dewasa dan dapat memproduksi telur. Sehingga disini ada dua bentuk dar hidup yaitu: 1. Daur hidup heterogenik dan 2. Daur hidup homogenik.
Bilaman cacing muda berkesempatan moulting dua kali pada saat turun kebawah saluran cerna, cacing tersebut dapat melakukan penetrasi dalam mukosa bagian bawah malalui darah dan terus menjadi dewasa lagi dalam usus. Proses tersebut disebut: Autoinfeksi. Dalam kondisi tersebut pasien dapat menderita infeksi cacing ini sampai 36 tahun.
Patologi
Pengaruh patologi dari cacing ini dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase invasi; pulmonaris dan intestinal.
Penetrasi melalui kulit dengan larva invasif dapat mengakibatkan perdarahan kecil dan pembengkakan sehingga menimbulkan rasa gatal pada lokasi masuknya cacing. Luka tersebut dapat menyebabkan infeksi sekundar oleh bakteri patogen yang dapat menyebabkan inflamasi.
Selama migrasi dari cacing muda menuju paru dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga menimbulkan reaksi sel paru dan dapat sedikit memperlambat migrasi cacing tersebut. Hal ini dapat menyebabkan cacing dapat bertahan di paru dan bahkan dapat beradaptasi dan kemudian berproduksi seperti di dalam intestinum, karena cacing dapat menyesuaikan diri pada kondisi dalam paru. Hal demikian dapat menimbulkan rasa panas didaerah dada dan terjadi batuk kering (tanpa dahak) juga menyebabkan broncho-pneumonia. Gejala tersebut dapat dikelirukan dengan gejala penyakit TBC.
Setelah tertelan, cacing betina muda masuk kedalam kripta mukosa intestinum dan cepat menjadi dewasa dan menembus jaringan sampai sub-mukosa atau sampai kedalam muskularis mukosa. Cacing bermigrasi kemukosa dan mengeluarkan telur tiap hari, pada saat ini akan timbul rasa sakit dan panas pada perut. Kerusakan jaringan oleh cacing dewasa dan larva menimbulkan pengelupasan mukosa dan pada kondisi kronis dapat diganti oleh jaringan ikat kadang menimbulkan nekrotik jaringan yang diikuti oleh ilserasi dari intestinum.
Diagnosis
Dengan cara fecal smear secara langsung biasanya segera dapat terdeteksi pada kasus infeksi yang berat. Pada kasus terjadinya diare, telur dapat dilihat dalam feses dan bentuknya mirip dengan telur cacing kait (hook worm) tetapi lebih bulat.
Pengobatan
Yang paling efektif adalah dengan Thiabendazole
ADS HERE !!!