Resesi
gingiva adalah peristiwa terjadinya pergeseran tepi gingiva ke arah apikal.
Resesi gingiva dapat mengakibatkan rasa ngilu dan terjadi karies pada akar
karena akar terbuka, serta gangguan estetika karena gigi tampak memanjang.
Penyebab terjadinya resesi gingiva meliputi faktor umur, anatomi rongga mulut,
fisiologi, patologi, trauma, dan kebersihan mulut. Berbagai upaya dilakukan
untuk menutup akar yang terbuka. Perawatan resesi gingiva akibat trauma pada
umumnya tidak berbeda dengan perawatan resesi akibat faktor lain. Penanganan dimulai dengan pencegahan
meluasnya daerah resesi, seperti penyesuaian oklusi, memperbaiki letak gigi,
memperbaiki cara pembersihan gigi, memperbaiki dan membuat restorasi,
penggunaan bulu sikat yang lebih lunak, dan memperbaiki kebiasaan buruk.
Penanganan lebih lanjut dapat dilakukan penutupan resesi melalui berbagai
teknik pembedahan untuk mengembalikan kehilangan perlekatan jaringan
periodonsium. Teknik pembedahan dapat diawali dengan penambahan lebar dan
tinggi gingiva berkeratin atau gingiva lekat ke arah apikal dengan teknik graf,
dan dapat dikombinasikan dengan cara guided
tissue regeneration.
PENDAHULUAN
Resesi
gingiva merupakan awal terjadinya kerusakan sementum, terbukanya dentin dan
ngilu pada dentin. Resesi dapat terjadi karena berbagai alasan. Secara anatomi,
sebagian gigi mungkin memiliki gingiva lekat yang sempit. Jika kemudian gingiva
lekat yang sempit ini berkurang akibat resesi, maka gingiva yang menutupi dan
melindungi daerah servikal gigi akan tinggal sedikit atau hilang sama sekali.
Pergeseran gigi juga dapat mengawali kehilangan jaringan gingiva jika tulang
alveolar di bagian bukal tipis.
Penggunaan
alat pembersih gigi yang berlebihan dan bersifat aberasif dapat mengakibatkan
resesi gingiva, namun sikat gigi bukan satu-satunya penyebab kerusakan enamel
dan sementum.1,2 Gingiva dapat mengalami kerusakan oleh proses
perusakan jaringan yang disebabkan oleh periodontitis, necrotizing ulcerative gingivitis (NUG), dan penyakit karena virus
seperti HIV. Perawatan penyakit periodontal secara bedah maupun non-bedah dapat
mengakibatkan resesi gingiva dan akar terbuka. Prosedur pembedahan dan
restoratif tertentu seperti preparasi mahkota, juga dapat mendukung resesi
gingiva dan akar terbuka.
Ada
anggapan bahwa resesi gingiva merupakan kejadian alami yang berkaitan dengan
umur. Pada penelitian dengan sampel sejumlah lebih dari 500 orang dengan umur
di atas 65 tahun, 39% permukaan giginya mengalami resesi gingiva.3
Belum jelas resesi mana yang disebabkan hanya oleh proses umur, karena sulit
menghilangkan efek tambahan dari penyikatan gigi, penggunaan alat kebersihan
mulut lainnya, dan kebiasaan buruk.
Penyakit
periodontal mengakibatkan kehilangan yang cepat dari perlekatan periodontal
yang kemudian menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan perlekatan ini tampak
terjadi selama periode kerusakan aktif yang bergantian dengan periode
penyembuhan. Proses perusakan sering tanpa rasa sakit, sehingga tidak
terdeteksi kecuali didiagnosis secara professional. Walaupun demikian,
penderita dengan penyakit periodontal yang progresif lebih sering pergi ke
dokter gigi bukan karena sakit, tetapi lebih karena alasan estetik yang disebabkan
oleh penyakit. Penderita mungkin melaporkan adanya perdarahan atau kemerahan
pada gingiva, migrasi atau ekstrusi gigi, halitosis, resesi yang mengganggu
atau ada ruangan di antara gigi-gigi. Semua tersebut di atas merupakan keluhan
sekunder, sedangkan masalah kosmetik merupakan keluhan utama dan motivasi
penderita untuk mencari perawatan gigi.4
Resesi gingiva merupakan
bagian dari cacat gingiva yang sering ditemukan. Prevalensi, perluasan, dan
keparahan resesi gingiva bertambah sesuai umur dan lebih sering terjadi pada
laki-laki.5 Penderita sering terganggu oleh resesi karena bermasalah
pada rasa ngilu dan estetika.
Definisi
Secara klinis, resesi gingiva adalah
terbukanya permukaan akar karena pergeseran posisi gingiva ke arah apikal.
Posisi actual adalah letak dari
perlekatan epitel, sedangkan posisi apparent
menunjukkan letak dari kres gingival
margin pada permukaan gigi. Tingkat keparahan resesi ditentukan oleh posisi actual dari gingiva, bukan pada posisi apparent.6
Etiologi
Resesi gingiva bertambah seiring bertambahnya
umur, insidensinya bervariasi dari 8% pada anak-anak hingga 100% pada umur
setelah 50 tahun.7 Hal ini menunjukkan adanya asumsi bahwa resesi
merupakan pergeseran fisiologis dari perlekatan gingiva.8 Pergeseran
yang berangsur-angsur lebih sering akibat dari efek kumulatif minor pathologic involvement dan minor direct trauma pada gingiva. Pada
sebagian masyarakat resesi terjadi tanpa ada hubungan dengan pemeliharaan gigi,
tetapi resesi dapat merupakan akibat dari penyakit periodontal.9
Faktor-faktor
berikut ini ada kaitannya sebagai penyebab resesi gingiva seperti kesalahan
teknik penyikatan gigi yang mengakibatkan aberasi pada gingiva10,
peradangan gingiva, perlekatan frenum abnormal, dan iatrogenic dentistry. Trauma oklusi dahulu dianggap berpengaruh,
tetapi mekanisme terjadinya belum pernah diperlihatkan. Seperti gigitan dalam
yang dikaitkan dengan radang gingiva dan resesi. Incisal overlap yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan pada
gingiva. Pergerakan ortodontik ke arah labial yang diteliti pada kera
mengakibatkan kehilangan perlekatan jaringan ikat dan tulang marjinal, disertai
resesi gingiva.11
Prosedur
pembersihan mulut sehari-hari, baik penyikatan gigi maupun pemakaian benang
gigi dapat mengawali kerusakan gingiva yang sedikit dan berulang-ulang.12
Walaupun penyikatan gigi penting untuk kesehatan gingiva, tetapi teknik
penyikatan gigi yang salah atau menggunakan sikat gigi dengan bulu yang keras
dapat menimbulkan kerusakan yang berarti. Jenis kerusakan ini dapat berupa
laserasi, aberasi, keratosis, dan resesi, yang paling sering terkena adalah
marginal gingiva bagian fasial.13 Pada kasus-kasus tersebut resesi
cenderung lebih sering dan parah pada penderita dengan gingiva yang secara
klinis sehat, plak sedikit, dan kebersihan mulut baik.14
Kepekaan
terhadap resesi juga dipengaruhi oleh posisi gigi dalam lengkung rahang15,
sudut akar gigi terhadap tulang, dan kontur permukaan gigi mesio-distal. Pada
gigi yang rotasi, miring, dan terletak fasial, lempeng tulang tipis dan
tingginya berkurang. Tekanan pengunyahan atau penyikatan gigi biasa dapat
merusak gingiva yang tidak mendapat dukungan, dan mengakibatkan resesi. Efek
sudut akar terhadap tulang yang mengalami resesi sering tampak pada daerah
molar rahang atas. Jika inklinasi lingual akar palatal menonjol atau akar bukal
melebar keluar, tulang di daerah servikal menipis dan memendek, resesi dapat
terjadi pada marginal gingiva yang
tipis.6
Kesehatan jaringan
gingiva juga tergantung pada disain dan penempatan bahan-bahan restorasi yang
memadai. Tekanan dari gigi tiruan sebagian dengan disain buruk, seperti
cengkeram gigi tiruan yang tidak tepat, dapat mengakibatkan trauma dan resesi
gigiva.16 Restorasi gigi yang mengemper (overhanging) adalah faktor
pendukung timbulnya gingivitis karena sebagai tempat retensi plak. Disamping
itu merupakan kesepakatan umum bahwa penempatan tepi restorasi sedalam lebar
biologis sulkus gingiva sering mendorong terjadinya radang gingiva, kehilangan
perlekatan, dan bahkan kerusakan tulang. Secara klinis, penyimpangan terhadap
lebar biologis dapat bermanifestasi sebagai radang gingiva, pendalaman poket
periodontal, dan resesi gingiva.6
Merokok kemungkinan
ada kaitannya dengan resesi gingiva. Mekanismenya bersifat multifaktor, seperti
aliran darah ke gingiva yang berkurang dan perubahan respon imun.17
Pada
masa lalu, perawatan bedah periodontal terutama prosedur pemotongan seperti
gingivektomi, ostektomi, dan penempatan gingival
margin ke apikal, diharapkan menghasilkan pengurangan poket dan resesi
gingiva. Pada kenyataannya, sering mengakibatkan penambahan resesi dan radang
gingiva, ngilu pada akar, karies akar, dan komplikasi estetika (gigi
memanjang).4
Pengertian Klinis
Berbagai
aspek resesi gingiva mempunyai kepentingan secara klinis. Permukaan akar
terbuka rentan terhadap karies. Aberasi dan erosi sementum yang terbuka karena
resesi meninggalkan permukaan dentin di bawahnya yang menimbulkan rasa ngilu.
Hiperemia pulpa dan gejala yang berkaitan dapat berasal dari permukaan akar
yang terbuka berlebihan. Resesi interproksimal menimbulkan masalah untuk
pembersihan mulut dan mengakibatkan akumulasi plak.6
Perubahan
Kontur Gingiva
Suatu kelainan juga
terjadi pada gingival margin yang disebut sebagai Stillman’s clefts
dan McCall festoons. Istilah “Stillman’s clefts” digunakan untuk
menguraikan jenis spesifik dari resesi gingiva yang berbentuk segitiga dan
sempit. Seiring berkembangnya resesi gingiva ke arah apikal, cleft menjadi
lebih lebar, hingga sementum terbuka dari permukaan akar. Jika lesi mencapai
garis mukogingiva, batas apikal mukosa mulut biasanya mengalami peradangan
karena sulit menjaga kontrol plak yang memadai di daerah ini. Istilah “McCall
festoons” digunakan untuk menguraikan keadaan tepi gingiva yang membulat
dan menebal, biasanya terlihat pada daerah gigi kaninus jika resesi mencapai
garis mukogingiva. Pada mulanya, Stillman’s clefts dan McCall
festoons dikaitkan dengan trauma oklusi, dan perawatan yang dianjurkan
adalah penyesuaian oklusi. Tetapi kaitan ini tidak pernah dibuktikan, dan
kondisi ini sekadar mewakili peradangan yang khas dari marginal gingiva.6
Klasifikasi
Pada tahun 1960an,
Sullivan dan Atkins18 mengklasifikasikan resesi gingiva menjadi 4
golongan secara morfologis: 1) dangkal-sempit, 2) dangkal-lebar, 3) dalam-sempit,
4) dalam-lebar. Klasifikasi tersebut membantu menggolongkan lesi lebih baik,
tetapi tidak mampu membantu klinikus memperkirakan hasil perawatan.
Kemampuan memperkirakan keberhasilan penutupan
akar dapat ditambah dengan pemeriksaan prabedah dan hubungannya dengan resesi
dengan menggunakan klasifikasi yang diajukan oleh Miller19, yaitu:
(I) Resesi tepi jaringan tidak meluas ke garis mukogingiva. Tidak ada kerusakan
tulang ataupun jaringan lunak di daerah interdental. Jenis resesi ini dapat
sempit atau lebar. (II) Resesi tepi jaringan meluas sampai atau keluar garis
mukogingiva. Tidak ada kerusakan tulang ataupun jaringan lunak di daerah
interdental. Jenis resesi ini dapat disubgolongkan sebagai lebar dan sempit.
(III) Resesi tepi jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva.
Terdapat kerusakan tulang dan jaringan lunak di daerah interdental, atau
keadaan gigi malposisi. (IV) Resesi tepi jaringan meluas sampai atau keluar
garis mukogingiva. Terdapat kerusakan tulang dan jaringan lunak yang parah di
daerah interdental atau terdapat gigi malposisi yang parah.
Pada umumnya prognosis
untuk kelas I dan II baik dan sempurna; sedangkan untuk kelas III hanya
penutupan sebagian yang dapat diharapkan. Kelas IV memiliki prognosis yang
sangat buruk jika dilakukan perawatan dengan teknik yang ada sekarang ini.
PERAWATAN
Resesi gingiva
yang berkaitan dengan permukaan akar terbuka merupakan fenomena komplek yang
menimbulkan tantangan untuk berbagai perawatan bagi para klinikus. Resesi dapat
bersama-sama dengan timbulnya karies akar dan aberasi jaringan gigi, dan
penderita mungkin mengeluh mengenai estetik atau timbulnya rasa ngilu. Salah
satu tujuan dari perawatan periodontal adalah memperbaiki kehilangan perlekatan
jaringan pada gigi. Telah terbukti bahwa berbagai cara prosedur regenerasi
jaringan periodontal berpotensi memperbaiki resesi gingiva melalui penambahan
ukuran lebar dan tinggi gingiva lekat yang berkeratin, serta mencapai penutupan
akar, baik secara sempurna maupun sebagian. Sebagian besar prosedur ini ini
berupa teknik cangkok (graft) bedah
plastik periodontal (mukogingival).20
Berbagai teknik bedah telah
diperkenalkan untuk merawat resesi gingiva, termasuk cangkok jaringan ikat (connective tissue grafting/CTG);
berbagai disain flep; ortodontik; dan guided
tissue regeneration (GTR). 20 Tindakan bedah diikuti
dengan perawatan periodontal konvensional seperti skeling dan penghalusan akar
dikombinasi dengan prosedur perawatan kontrol plak di rumah yang memadai telah
menunjukkan pengurangan keradangan. Selain itu berkurangnya warna kemerahan,
perdarahan, dan eksudat disertai pengerutan gingiva, dapat meningkatkan
estetika gingiva.4 Sementum yang terbuka menyerap endotoksin plak
bakteri dan mengalami perubahan permukaan; dengan skeling dan penghalusan akar
mampu mengurangi endotoksin.21
Penambahan Gingiva ke Apikal
Pencangkokan
gingiva, baik pedicle maupun free, ditempatkan pada daerah resipien
di sebelah apikal dari tepi resesi gingiva. Penutupan permukaan akar yang
terbuka tidak dapat dicapai jika masih ada resesi tulang dan gingiva. Teknik
penambahan gingiva ke apikal daerah resesi dapat dilakukan dengan free gingival autograft, free connective
tissue autograft, andilakukan dengand apically
positioned flap.22
Penambahan Gingiva ke Koronal
Berbagai
teknik dan disain flep telah digunakan untuk mendapatkan keberhasilan penutupan
akar; sebagian di antaranya tidak membutuhkan jaringan donor (pedicle graft), sebagian yang lain
membutuhkan (free autogenous
grafts). Sering sulit mengantisipasi tingkat keberhasilan prosedur
penutupan akar, karena penutupan tergantung berbagai faktor, termasuk
klasifikasi dan lokasi resesi serta teknik yang digunakan. Dimensi gingiva yang
paling sering dikaji adalah ketinggiannya, yaitu jarak antara tepi jaringan
ikat lunak dan garis mukogingiva yang diukur dalam millimeter. Adanya
penambahan tinggi gingiva dianggap berhasil dalam prosedur penambahan gingiva,
tidak tergantung dari jumlah millimeter yang dicapai.23
Graf pedicle berbeda dengan graf free autogenous soft-tissue, pada graf pedicle, dasar flep mengandung pembuluh
darahnya sendiri yang memberi nutrisi pada graf dan memudahkan penetapan
kembali penyatuan pembuluh darah dengan resipien. Graf pedicle dapat dicapai dengan ketebalan penuh ataupun sebagian.24
Berikut
ini teknik yang digunakan untuk penambahan gingiva ke koronal dari daerah
resesi (penutupan akar): 1) Free gingival autograft, 2) free connective tissue autograft, 3) Pedicle autografts (laterally/ horizontally positioned flap, coronally positioned flap),
4) Subepithelial connective tissue grat,
5) Guided tissue regeneration (GTR),
6) Pouch and tunnel technique.22
Masker gingiva
Resesi
gingiva dapat disembunyikan dengan cara menutup daerah akar yang terbuka dengan
masker yang terbuat dari bahan yang bersifat fleksibel seperti silikon. Masker
ini dapat mengatasi penampilan yang estetis pada mahkota gigi depan yang
mengalami resesi sehingga mahkota tampak proporsional. Pemakaian masker
dilakukan setelah jaringan periodonsium selesai menjalani perawatan dan sembuh
dari penyakit periodontal. Pembuatan masker dilakukan melalui teknik pencetakan
dua tahap.25