Modal Ide *
Wirausaha sukses memulai segala sesuatunya dari ide dan impian yang menggugah hatinya. Dari ide mereka bergerak mengembangkan kreativitas, lalu membesarkan hati mendemonstrasikan keberanian mengambil risiko yang telah diperhitungkan [calculated risk]. Mungkin ada yang percaya pada keberuntungan, hoki, nasib baik, namun lebih banyak yang percaya bahwa tindakan nyata, usaha, dan kerja keras lebih penting untuk diperhatikan ketimbang soal hoki. Mungkin ada yang percaya bahwa modal uang sangat perlu, tetapi sebagian besar wirausaha sukses mulai dengan modal seadanya.
Di antara para wirausaha yang kemudian berhasil mengembangkan organisasi bisnis ke seluruh dunia, kita mencatat rekor tokoh-tokoh seperti Bill Gates [Microsoft], Larry Ellison [Oracle], Michael Dell [Dell Computer], Jeff Bezos [Amazon.com], dan Saber Bathia [hotmail.com] di Amerika. Mereka semua termasuk dalam kategori entrepreneurs dotcom yang sukses, yang kemudian menjadi Leader-Manager di organisasi bisnisnya.
Kita juga mengenal berbagai tokoh yang lebih senior seperti Ray Koch [Mc Donald], Colonel Sanders [KFC], Edwin Land [Polaroid], Sam Walton [Wal-Mart], Konosuke Matsushita [Matsushita Electric], Soichiro Honda [Honda], Akio Morita [Sony], Rich DeVos dan Jay Van Andel [Amway], James Cash Penny [JC Penny], Andy Grove [Intel], dan sebagainya. Semuanya memulai dari nol, dari bawah, dengan modal ide dan impian yang menggugah hati masing-masing.
Di Indonesia, beberapa nama yang cukup populer sebagai wirausaha handal, antara lain Tirto Utomo [Aqua], Bob Sadino [Kem Chick], Sukiyatno Nugroho [Es Teller 77], Sosrodjojo bersaudara [Sosro], Robert Angkasa [Amway], Alex IW [CNI], Martha Tilaar, dan sebagainya. Dan kalau ditelusuri sejarah usaha mereka, maka kita akan kembali menemukan bahwa semua itu dimulai dari ide dan impian masing-masing, dengan modal awal seadanya.
Nah, meneladani para wirausaha sukses tersebut di atas, usaha menerbitkan majalah dwimingguan BERwirausaha ini juga sangat mengandalkan modal ide dan pengetahuan. Sedikit sekali modal usaha yang berbentuk uang. Modal pengalaman juga tidak terlalu diandalkan, sebab pengalaman berorientasi ke masa lalu, sementara ide selalu berorientasi ke masa depan. Majalah dwi-mingguan ini [terbit tiap tanggal 8 dan 22] akan dikelola dengan pikiran ke masa depan, bukan ke masa lalu. Biar sejarah mencatatnya kelak, apakah ide dan pengetahuan yang dipaparkan melalui majalah ini bermanfaat bagi masyarakat atau merupakan bentuk ketololan yang akan berakhir dengan kebangkrutan.
Ide macam apa yang ditawarkan BERwirausaha. Ide tentang masyarakat bermental wirausaha mandiri, atau ide tentang pentingnya menumbuhkembangkan mentalitas wirausaha mandiri di kalangan masyarakat luas, guna menopang perekonomian bangsa menuju Indonesia Baru dalam artinya yang sejati.
Itulah misi penerbitan BERwirausaha, alasan dasar keberadaannya. Hal ini penting karena yang sekarang mendominasi kehidupan masyarakat adalah mentalitas pegawai, mentalitas yang oleh Bung Karno dipersamakan dengan mentalitas kuli-babu. Banyak anggota masyarakat takut berdikari, takut memulai usaha sendiri, hanya memburu pekerjaan dan memperhamba diri. Hal ini menimbulkan banyak persoalan dalam skala nasional, termasuk masalah pengangguran tenaga terpelajar [sarjana] yang jumlahnya menembus angka 2 jutaan tahun ini [sekitar 5% dari total angka pengangguran].
Dan bila tidak ada upaya-upaya serius "memerangi" mentalitas kuli-babu tersebut, nasib bangsa ini akan "bertahan" di ujung tanduk hari demi hari.
Motto dan sekaligus positioning statement BERwirausaha adalah Penggugah Semangat Insan Swasta. Artinya, segmen pasar yang dibidik majalah ini adalah manusia-manusia swasta, kaum wirausaha mandiri, pebisnis yang bukan teknokrat dan bukan birokrat. Termasuk di dalamnya kawan-kawan yang menjadi praktisi di bisnis direct selling, multilevel marketing, perasuransian, properti, dan bisnis berbasiskan rumah dengan sistem jaringan perseorangan, yang aktif menggerakkan roda perekonomian di sektor informal. Mereka inilah yang menopang kelangsungan hidup masyarakat kita sejak Soeharto lengser keprabon, 21 Mei 1998. Dan mereka inilah yang perlu terus ditingkatkan jumlahnya di Indonesia.
Bagi siapa saja yang sering mengeluh tidak punya modal [baca: uang] untuk mulai berwirausaha, BERwirausaha akan menjadi bacaan yang mencerahkan dan menggugah [enligthening and awakening]. Kalau tak percaya, ikuti saja gerak pertumbuhan majalah ini mulai 22 April 2002.
Selamat BERwirausaha.